3. Pensiun Mikro (Micro-Retirement)
Jika generasi sebelumnya mengenal pensiun di usia 60-an, Generasi Z memperkenalkan konsep baru, yaitu pensiun mikro.
Ini adalah jeda karier yang disengaja, bisa beberapa bulan hingga satu tahun, untuk fokus pada kesehatan mental, tujuan pribadi, traveling, atau mempelajari keterampilan baru.
Setelah masa jeda, mereka kembali ke dunia kerja dengan perspektif baru. Tren ini lahir dari keinginan kuat untuk tidak mengulang pola generasi sebelumnya yang mengorbankan kebahagiaan demi keamanan kerja jangka panjang.
Bagi Gen Z, hidup seimbang bukan bonus, melainkan kebutuhan.
4. Pengalihan Tanggung Jawab Secara Sadar
Di tahun 2025, banyak profesional, lagi-lagi didominasi Generasi Z, secara sadar menolak jalur karier manajemen.
Alih-alih mengejar posisi supervisor atau manajer menengah, mereka memilih tetap menjadi kontributor individu.
Keputusan ini bukan karena kurang ambisi, melainkan strategi hidup. Dengan tetap di peran teknis atau spesialis, mereka mendapatkan otonomi lebih besar, tekanan kerja yang lebih rendah, serta keseimbangan kerja-hidup yang lebih sehat.
Tren ini menantang anggapan lama bahwa naik jabatan selalu berarti sukses.
5. Penolakan Karier (Career Cushioning atau Shrek Effect)
Terinspirasi dari karakter Shrek yang menolak menjadi 'sempurna' menurut standar orang lain, tren penolakan karier kian menguat.
Dalam tren ini, karyawan sengaja memilih peran yang lebih sederhana dan minim stres, meski berarti menolak promosi, jabatan prestisius, atau kenaikan gaji besar.
Bagi sebagian profesional, terutama Generasi Z dan milenial muda, kesehatan mental, fleksibilitas, dan kepuasan hidup jauh lebih penting dibanding status atau titel.
Mereka lebih memilih beban kerja yang terkendali ketimbang pertumbuhan karier agresif yang berujung burnout.
Nah Growthmates, kelima tren ini menegaskan satu hal, yakni dunia kerja sedang mengalami redefinisi besar-besaran. Kesuksesan tak lagi diukur semata dari jabatan atau gaji, melainkan dari kualitas hidup, keseimbangan, dan makna personal.
Dan, memasuki 2026, perusahaan dan pemimpin yang mampu memahami perubahan nilai ini akan lebih siap menghadapi masa depan. Sementara bagi para profesional, memahami tren ini bisa menjadi kunci untuk bertahan dan berkembang di dunia kerja yang terus berevolusi.
Baca Juga: Jenius Ajak Pekerja Lepas Cerdas Kelola Finansial di Tengah Penghasilan Fluktuatif