Memasuki tahun 2025, PLN EPI menghadapi berbagai tantangan baru dalam pengadaan energi, terutama akibat fluktuasi harga gas, BBM, dan batu bara. Namun, komitmen PLN EPI untuk mendukung kebutuhan listrik nasional tetap kokoh dengan dukungan dari Pemerintah.

Di 2025, kebutuhan batu bara diperkirakan meningkat seiring dengan naiknya permintaan di sektor kelistrikan. PLN EPI akan terus berkoordinasi dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam hal ini Direktorat Jenderal Minerba untuk memastikan pasokan batu bara aman.

"Terkait dengan kebutuhan gas, PLN EPI terus melakukan komunikasi dan koordinasi dengan Kementerian ESDM, yaitu Direktorat Jendral Minyak dan Gas, SKK Migas untuk memastikan alokasi pasokan gas 2025," kata Mamit.

Untuk Biomassa, kebutuhan diproyeksikan meningkat dari 1,64 juta ton pada tahun 2024 menjadi 2 kali lipat tahun ini di 3 juta ton pada tahun 2025 untuk 48 lokasi PLTU.

Bahan baku yang digunakan untuk co-firing sebagian besar bersumber dari limbah kayu, pertanian, dan perkebunan yang selama ini belum dimanfaatkan. Biomassa yang digunakan untuk co-firing bersumber dari sawdust atau serbuk gergaji, woodchip, bonggol jagung, sekam padi, pellet sekam padi, pellet tandan kosong kelapa sawit, dan cangkang sawit

"Selain itu, PLN EPI juga melakukan pengembangan ekosistem biomassa berbasis pertanian terpadu bersama Kementerian Pertanian. Program tersebut nantinya akan berkontribusi pada keberlanjutan pasokan yang saat ini masih bertumpu sumber biomassa dari limbah", tambah Mamit.

PLN EPI berkomitmen untuk terus menjaga ketersediaan energi primer demi mendukung program transisi energi dan kebutuhan listrik nasional. Dengan memanfaatkan sumber daya secara optimal dan berkolaborasi erat dengan para pemangku kepentingan, PLN EPI optimis mampu menjawab tantangan pengadaan energi ditahun 2025