7. Julie Sulianti Saroso
Julie Sulianti Saroso merupakan seorang dokter perempuan Indonesia yang pernah menjabat sebagai Presiden dari World Health Assembly. Lahir pada 10 Mei 1917 di Karangasem, beliau lebih dikenal dengan nama dr. Sulianto.
Ia merupakan seorang dokter lulusan Sekolah Tinggi Kedokteran (Geneeskundige Hoge Scholl) yang ikut serta dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.Ia pernag bekerja di Kementerian Kesehatan pada 1951 dan pada 1967 lalu menjadi Direktur Jenderal Pencegahan, Pemberantasan dan Pembasmian Penyakit Menular (P4M). Jabatan lain yang beliau duduki yaitu sebagai Ketua Research Kesehatan Nasional.
Ia juga pernah menjadi anggota Dewan Pimpinan Konggres Wanita Indonesia (Kowani). Bahkan, ia adalah wanita pertama yang menggagas program Keluarga Berencana (KB) dan penggunaan kontrasepsi. Meski mulanya menjadi kontroversi, Sulianti Saroso tetap memperjuangkannya dengan membuat yayasan-yayasan di tanah air, bahkan sampai ke kancah dunia.
Puncaknya saat beliau terpilih sebagai anggota badan eksekutif dan Presiden Majelis Kesehatan Dunia. Usai wafat pada 1991, namanya diabadikan menjadi nama Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso yang terletak di Jakarta. Nama RSPI Sulianti Saroso beberapa tahun ke belakang ramai di media usai menjadi rumah sakit rujukan dan perawatan intensif pasien Covid-19 di Indonesia.
8. Melly Budhiman
Dokter Melly Budhiman, SpKJ., merupakan seorang psikiater anak yang kemudian mendedikasikan diri untuk menangani anak dengan masalah sindrom autistik.
Kurangnya informasi terkait autisme di Indonesia, membuat beliau dan teman-temannya kemudian mendirikan Yayasan Autisma Indonesia (YAI) pada tahun 1997. Yayasan ini khusus menangani kebutuhan anak-anak yang masuk dalam spektrum autisme.
9. drg. Gina Elmawati
drg Gina Elmawati adalah salah satu perempuan tangguh yang mengabdi memberikan layanan kesehatan terbaik di Meratus. Ia sudah lebih dari setahun mengabdi di Puskesmas Tandilang.
Ia merupakan alumni Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat. Selama dua tahun, Gina ditugaskan mengabdi membawa misi mengupayakan pemerataan akses kesehatan.
Dikutip dari pojokbanua.com, dalam setahun terakhir, drg Gina sudah berkeliling ke Aing Bantai, Batu Perahu, Buhul yang berada di kawasan Meratus HST memberikan layanan kesehatan bersama Puskesmas Tandilang. Baik anak-anak sekolah maupun masyarakat umum semuanya terbuka ia layani.
Dirinya tergerak mengabdi ke daerah terpencil karena melihat masih belum meratanya pelayanan kesehatan yang masyarakat dapatkan. Di tambah akses ke Puskesmas yang sangat jauh membuat hati nuraninya tergerak untuk melakukan pengabdian ke desa-desa terpencil.
10. dr. Osmi Samra
dr. Osmi Samra juga merupakan perempuan tangguh yang tidak kenal lelah memberikan pelayanan kepada masyarakat di Desa Telaga Bhakti dan Desa Pandan Sari, Aceh Singkil.
Dikutip dari Antara, ia bertindak sebagai pimpinan sebuah poliklinik yang menjadi bagian dari operasional PT Perkebunan Lembah Bhakti (PLB), perusahaan perkebunan kelapa sawit Grup Astra Agro.
Meski harus berada di daerah yang jauh dari akses ibu kota atau sarana publik umum lainnya, namun hal itu tidak menyurutkan niatnya untuk mengabdi demi memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang membutuhkan, termasuk karyawan dan keluarga karyawan yang bekerja di perusahaan kelapa sawit.
Kisah, tekad dan komitmen kemanusiaan dokter Osmi Samra, adalah salah satu motivasi bagi kaum perempuan di Nusantara, bahwa untuk mengabdi bagi masyarakat tidak harus bekerja di pusat kota atau di lokasi yang memadai dengan layanan akses publik yang lebih baik.
Dengan komitmen dan pelayanan tanpa lelah yang diberikan, tidak aneh bila perempuan yang sudah mengabdi sebagai dokter Astra Agro selama 20 tahun ini pernah mendapat penghargaan dari perusahaan.
11. dr. Nadya Bianca
dr. Nadya Bianca adalah seorang dokter yang pernah bertugas sebagai dokter jaga di daerah terpencil di Kalimantan Tengah. Kisahnya menginspirasi dan mengingatkan kita akan pentingnya tenaga medis di daerah terpencil. Ia menjalankan tugasnya dengan penuh dedikasi dan keterampilan tinggi, meskipun pengabdiannya tidak mudah.
Di laman Instagramnya, dr. Nadya kerap sharing kisahnya sebagai satu-satunya dokter jaga di daerah terpencil, lengkap sama vibes perjuangan yang bikin kita semua speechless.
Dari mengurus pasien di klinik sampai harus menempuh perjalanan untuk bertemu dengan pasien. Kisahnya nggak cuma inspiratif, tapi juga ngingetin kita betapa pentingnya tenaga medis di daerah terpencil.
12. Mesty Ariotedjo
Selain profesinya sebagai dokter spesialis anak, dr. Mesty Ariotedjo dikenal aktif berkampanye mengenai kesehatan anak dan memberikan edukasi parenting. Perannya semakin terlihat melalui platform media sosial dan seminar kesehatan yang diikutinya.
Mesty juga merupakan Co-Founder dan CEO dari Tentang Anak, sebuah perusahaan teknologi yang berfokus pada pengasuhan anak. Sebelumnya, ia turut mendirikan WeCare.id, platform yang menggalang dana untuk pasien di daerah terpencil yang memerlukan akses perawatan kesehatan.
Kakak dari Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Dito Ariotedjo ini juga telah berhasil meraih prestasi yang membanggakan dan mengangkat namanya di kancah internasional.
Salah satu pencapaian terbesarnya adalah terpilihnya ia dalam daftar "30 Under 30 Asia: Healthcare & Science" yang disusun oleh Forbes.
Keberhasilan Mesty tidak hanya terbatas pada prestasi pribadi, tetapi juga mencerminkan dedikasinya sebagai pemimpin, wirausahawan, dan agen perubahan di bidang kesehatan dan ilmu pengetahuan.
Baca Juga: 10 Perempuan Pebisnis Ternama di Industri Kecantikan Indonesia