Sosok mendiang Dr. Ir. Ciputra tak hanya dikenal sebagai maestro properti Indonesia, tetapi juga sebagai figur keluarga yang meninggalkan warisan nilai untuk anak, cucu, hingga cicitnya.
Bagi Ciputra, rumah bukan sekadar tempat tinggal, melainkan ruang yang menyimpan cinta, damai, serta kekuatan untuk menghadapi ujian hidup. Saat krisis ekonomi 1998 mengguncang bisnisnya, keluarga tetap menjadi sandaran utama.
Baca Juga: Ir. Ciputra dan Cintanya yang Begitu Besar untuk Dee
“Kami tak pernah rapuh karena tahu di rumah ini kami akan menjadi kuat karena saling merangkul hati,” kenangnya.
Ia bersyukur, anak-anak hingga cucunya tumbuh dekat dan harmonis. Beberapa bahkan telah ikut berperan di Ciputra Group. Nararya Ciputra Sastrawinata, misalnya, kini menjabat direktur dan menangani proyek di Shenyang, Tiongkok. Cipta Ciputra Harun sukses mengelola proyek di Makassar dan Cibubur bersama ayahnya, Harun. Sementara Lalitya serta Isabella juga ikut berkarya bersama suami masing-masing.
Baca Juga: Cara Ciputra Mengarungi Masa Senja
Ciputra meyakini, hadirnya generasi baru membawa energi segar dengan visi khas milenium. Meski demikian, nilai yang ia perjuangkan sejak 1961 tetap relevan.
“Entrepreneurship, integritas, dan profesionalisme adalah saripati dari nilai-nilai perjuangan yang saya usung sejak dulu,” ujarnya.
Selain keluarga, Ciputra juga memberi penghormatan kepada para staf senior yang puluhan tahun mendampinginya. Ia menyebut mereka sebagai “para jenderal” yang tetap setia dalam suka dan duka, meski usia kian menua.
Baca Juga: Kisah Persahabatan Ciputra dan Hendra Gunawan: Janji, Seni, dan Pengabdian
“Wajah mereka sudah diwarnai kerutan, rambut mereka memutih, tapi jiwa dinamis dan semangat indah masih menyala,” tulisnya penuh rasa syukur.
Di akhir kisahnya, Ciputra menekankan pentingnya waktu dan kesempatan sebagai bekal utama dalam hidup. Baginya, kesempatan harus diciptakan.
"Berjuanglah agar setiap hal yang kita buat bisa memberi makna bagi orang lain,” pesannya.
Baca Juga: Pelajaran Kepemimpinan ala Ciputra: Bukan Hanya Membangun Kota, tapi juga Membangun Manusia
Kenangan masa kecilnya turut memperkuat nilai itu. Ia masih mengingat jelas ketika sang ayah ditangkap penjajah dan menitipkan amanah agar ia menjaga keluarga.
“Papa, saya telah melaksanakan apa yang kau harapkan,” tulisnya menutup refleksi perjalanan hidupnya.