CEO Wibmo, Shailesh Paul, mengatakan, digitalisasi tidak hanya mengubah cara masyarakat berkomunikasi dan bertransaksi, tetapi juga mengubah cara pelaku kejahatan beroperasi. Pola serangan yang dulunya bersifat individual, seperti pencurian kartu atau data dasar, kini bergerak lebih sistematis dan terorganisasi.
“Jika skala percobaan digital bertambah, usaha mereka akan menjadi lebih fokus, dan percobaan akan berpindah dari percobaan individu seperti percobaan kartu yang hilang, menjadi sesuatu yang lebih terorganisasi,” jelas Shailesh, saat acara Wibmo Executive Circle 2025: Securing Indonesia’s Financial Security di The Westin, Jakarta, baru-baru ini.
Shailesh melanjutkan, tren serangan digital ini juga tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Bentuk-bentuk serangan kini semakin bervariasi, menyasar identitas pelanggan, akun digital, hingga perpindahan identitas.
“Ada banyak percobaan yang berkaitan dengan jenis identitas yang berbeda. Berkaitan dengan pelanggan yang terbuka, tanpa verifikasi, menyebabkan kejadian di akun emas, percobaan akun, hingga pelanggan yang berpindah. Semua ini merupakan tren baru dengan cara penanganan yang berbeda,” tambahnya.
Selain serangan identitas, kata dia, ancaman juga semakin beragam, termasuk pada kartu, PIN, hingga upaya industri seperti pembobolan infrastruktur perbankan. Menurutnya, ekosistem digital yang makin luas mulai dari aplikasi, layanan perbankan, hingga QR, pun meningkatkan jumlah titik yang bisa dimanfaatkan sebagai pintu masuk serangan.
Dan, di tengah kompleksitas ancaman, Shailesh menekankan bahwa teknologi merupakan alat paling efektif untuk mengimbanginya. Wibmo sendiri, kata dia, memanfaatkan skala data dan kecerdasan buatan (AI) untuk mendeteksi pola serangan lebih cepat dan menanganinya secara proaktif.
“Kita sudah siap menggunakan AI untuk mengurus perubahan, tidak hanya mengurus, tetapi juga menjawab perubahan dengan lebih baik dan lebih cepat,” ujarnya.
“Kami melihat sekitar 400 juta transaksi. Kami selalu bergerak, mempelajari apa yang terjadi agar bisa mengelakkan percobaan dan menjawab lebih cepat,” lanjutnya.
Menurut Shailesh, Indonesia memiliki peluang besar untuk mengoptimalkan teknologi dalam memperkuat ketahanan digital. Deteksi dini, respons cepat, dan kemampuan memproses data berskala besar menjadi kunci menjaga ekosistem tetap aman.
Ia juga menyoroti perubahan motivasi pelaku kejahatan digital. Jika dulu tujuan utamanya adalah keuntungan finansial pribadi, kini dampak serangan bisa jauh lebih luas.
“Motivasi penyerang hari ini berbeda dari sebelumnya. Dulu mungkin hanya untuk mencari uang atau mencuri data. Tapi sekarang, dengan AI dan teknologi lain, dampaknya bisa jauh lebih besar, bukan hanya menyerang satu institusi, tetapi bagaimana mereka menyerang negara-negara,” tegas Shailesh.
Menghadapi ancaman yang semakin kompleks dan terorganisasi, Shailesh pun menekankan pentingnya kolaborasi lintas industri dan pemanfaatan teknologi adaptif yang lebih cepat daripada serangan itu sendiri.
“Keamanan bukan lagi sekadar kebutuhan teknis, melainkan fondasi kepercayaan publik terhadap sistem pembayaran dan layanan digital,” tandasnya.
Untuk diketahui, Wibmo sendiri merupakan anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh PayU dan berkantor pusat di Cupertino, Amerika Serikat. Wibmomerupakan pemimpin global full-stack PayTech dengan pengalaman lebih dari dua dekade dalam Payment Security dan Digital Payments.
Beroperasi di India, Asia Tenggara, serta Timur Tengah & Afrika, Wibmo mendukung infrastruktur pembayaran bagi lebih dari 200 bank, institusi keuangan, merchant, dan perusahaan fintech di seluruh dunia.
Sebagai bentuk komitmennya terhadap Indonesia, Wibmo telah membangun entitas lokal, PT Wibmo Services Indonesia serta menghadirkan AWS cloud instance lokal untuk memenuhi persyaratan data sovereignty dan kebutuhan penyimpanan data di dalam negeri.
Rangkaian solusi end-to-end Wibmo mencakup Fraud and Risk Management, Tokenization, Payment Security, Multi-factor Authentication, Merchant Processing, Card Issuance, serta solusi Digital Banking Front-End.
Setidaknya, Wibmo memproses lebih dari 4 miliar transaksi otentikasi setiap tahun, menerbitkan lebih dari 40 juta virtual and plastic cards, menghasilkan lebih dari 60 juta network tokens, serta mendukung lebih dari 23 juta pengguna mobile payment di lebih dari 10.000 merchant dan aggregator.
Baca Juga: Wibmo Executive Circle 2025: Upaya Kolektif dalam Penguatan Keamanan Pembayaran Digital di Indonesia