Dalam setahun terakhir, terlihat tren yang menunjukkan peningkatan jumlah perusahaan di Indonesia yang membesar-besarkan titel atau jabatan pekerjaan. Peningkatan tersebut mencapai 27%, berdasarkan data LinkedIn Talent Insights, pada posisi dengan titel seperti "Direktur" dan "Manajer" yang ditujukan bagi para profesional dengan pengalaman dua tahun. 

Robert Walters Indonesia menilai, tren inflasi jabatan (job title inflation) tersebut umumnya dilakukan perusahaan sebagai upaya untuk menarik dan mempertahankan talenta atau karyawan. Namun sayangnya, upaya ini sebenarnya memiliki tingkat keberhasilan yang terbatas dan dapat menimbulkan masalah baik bagi perusahaan maupun karyawan.

Baca Juga: 8 Teknik Menarik ala Orang Jepang Agar Tetap Produktif di Tempat Kerja

"Dalam pasar kerja yang kompetitif saat ini, praktik inflasi jabatan menjadi hal yang umum terjadi, meskipun tidak di semua industri," ungkap Eric Mary, Country Head di Robert Walters Indonesia, dikutip Sabtu (27/4/2024).

Menurut survei LinkedIn yang dilakukan oleh Robert Walters Indonesia pada bulan Januari, 90% pekerja profesional sepakat bahwa jabatan pekerjaan merupakan faktor yang penting atau sangat penting saat mereka melamar untuk suatu posisi pekerjaan. Di antara para pekerja profesional muda, sebanyak 53% dari mereka berharap untuk mendapatkan promosi dalam waktu 12 bulan setelah bergabung dengan perusahaan.

Sebanyak 56% perusahaan yang berpartisipasi dalam survei menyatakan bahwa mereka telah menerapkan strategi inflasi jabatan sebagai bentuk promosi untuk menarik talenta. Menariknya, hanya 11% dari perusahaan tersebut yang tidak melihat adanya perubahan signifikan. Meski demikian, penggunaan jabatan yang dibesar-besarkan memiliki tantangan tersendiri, di mana para profesional mungkin tidak menganggapnya sebagai indikator senioritas yang signifikan.

Berdasarkan hasil temuan Robert Walters Indonesia, faktor-faktor seperti kemampuan mengelola tim (56%) dan persepsi mengenai pentingnya peran tersebut (23%) dianggap sebagai indikator senioritas yang lebih utama, sedangkan hanya 21% yang meyakini bahwa gelar C-suite atau kepala departemen mencerminkan senioritas. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun jabatan yang dibesar-besarkan mungkin terlihat menarik pada awalnya, faktor-faktor seperti kepemimpinan tim dan persepsi mengenai pentingnya peran tersebut memiliki pengaruh yang lebih besar dalam menentukan senioritas daripada sekadar memiliki jabatan yang bergengsi. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk menjaga transparansi mengenai peran dan tanggung jawab yang sebenarnya terkait dengan suatu posisi guna menghindari kebingungan.

"Menggunakan jabatan yang dibesar-besarkan dapat menjadi faktor motivasi bagi karyawan untuk mempertimbangkan langkah karier selanjutnya. Hal ini memiliki potensi untuk menciptakan dampak positif, seperti mengurangi stereotip gender dan bias lainnya, serta mengompensasi gaji yang lebih rendah. Namun, penting bagi organisasi untuk melakukannya dengan hati-hati agar tetap menjaga transparansi, serta dapat menarik kandidat yang sesuai dengan posisi tersebut," ujar Eric.

Robert Walters Indonesia menyarankan manajer perekrutan untuk melakukan evaluasi yang cermat sebelum memutuskan untuk menerapkan pendekatan inflasi jabatan. Meskipun ada alasan yang valid untuk mempertimbangkan pendekatan ini, penting untuk mempertimbangkan secara menyeluruh pro dan kontra serta memahami potensi dampak jangka panjangnya terhadap organisasi.