Siapa sangka, pertemuan dengan seorang kawan lama pada tahun 2020 menjadi awal babak baru dalam hidup Slamet Sudijono.
Kala itu, CEO & Founder Mahorahora Bumi Nusantara ini mendengar kisah pilu petani gula aren di Sukabumi yang hendak berhenti bertani karena kesulitan mencari pembeli.
Dari percakapan sederhana dan empati yang tumbuh, Slamet menemukan panggilan hidupnya, yaitu memberdayakan petani nira dan membawa gula aren Indonesia ke panggung yang lebih luas.
“Awalnya saya dengar petani gula aren di Sukabumi ingin berhenti karena nggak ada pembeli. Dari situ saya berpikir, kenapa tidak coba bantu? Saya ambil 50 kilogram gula aren, saya kemas ulang, lalu jual di Shopee. Ternyata dalam sebulan langsung habis. Dari sana saya sadar, ini bukan sekadar bisnis, tapi gerakan,” tutur Slamet, dikutip Senin (13/10/2025).
Dijelaskan Slamet, nama Mahorahora diambil dari bahasa Māori, suku asli Selandia Baru, yang berarti murni.
Filosofi kemurnian ini bukan sekadar nama, tetapi semangat yang mewarnai setiap langkah usaha. Produk gula aren Mahorahora diproses tanpa campuran, organik, serta dikemas langsung oleh para petani.
Dari garasi rumah, Mahorahora tumbuh menjadi bisnis berdampak sosial besar. Kini mereka memiliki pabrik di Sukabumi, Jawa Barat, mempekerjakan lebih dari 40 karyawan, serta memberdayakan lebih dari 500 petani dan penderes nira di sekitar wilayah tersebut.
Selain fokus pada kualitas produk, Slamet juga aktif mengedukasi masyarakat tentang manfaat gula aren.
Gula aren memiliki indeks glikemik yang lebih rendah dibanding gula putih, sehingga lebih ramah bagi kesehatan. Produksi gula aren juga berdampak positif bagi lingkungan.
“Produksi gula aren tidak butuh tebang pohon. Semakin banyak kebutuhan nira, semakin banyak pohon aren yang dilestarikan. Pohon ini penting untuk menjaga hutan dari longsor dan banjir. Jadi, selain sehat untuk tubuh, gula aren juga baik untuk bumi,” jelas Slamet.
Slamet menjelaskan, Mahorahora sendiri tidak sekadar membeli hasil panen, tetapi membangun kemitraan berkelanjutan dengan para petani.
Mereka mengajarkan cara memproduksi gula aren berkualitas tinggi, pengolahan pangan yang baik, standar pertanian organik, serta keselamatan kerja.
Bahkan, Mahorahora rutin memberikan literasi keuangan dan penyuluhan kesehatan, termasuk menghadirkan dokter gigi untuk pemeriksaan gratis bagi petani.
“Ketika masuk ke daerah baru, kami tidak langsung beli nira. Kami ajarkan dulu cara membuat gula aren yang baik. Harapannya, petani bisa naik kelas dan punya penghasilan lebih stabil,” kata Slamet.
Baca Juga: Dari Nol Jadi Jagoan Digital, Perjalanan UMKM Baru Bersama Shopee