Di tengah budaya media sosial yang kerap menormalisasi flexing dan pamer pencapaian, content creator sekaligus entrepreneur Theo Derick justru membagikan kisah yang berlawanan arah.

Sebuah pengalaman personal yang mengubah cara pandangnya tentang kekayaan, pertemanan, dan makna kerendahan hati.

Theo mengisahkan pertemanannya dengan seseorang yang belakangan ia ketahui berasal dari keluarga dengan kekayaan luar biasa.

Namun. yang mengejutkan, selama bertahun-tahun Theo sama sekali tidak menyadari latar belakang tersebut.

“Gue pernah ketemu orang, gue gak bisa sebut namanya, anak dari ex-direktur utama bank biru terbesar. Kalau sekarang dia jual sahamnya, udah satu triliun,” tutur Theo dalam sebuah video, sebagaimana dikutip Olenka, Selasa (30/12/2025).

Ironisnya, kata Theo, fakta mencengangkan itu baru ia ketahui setelah tiga tahun menjalin pertemanan yang sangat biasa.

“Gue main sama dia tiga tahun. Dan gue kagak pernah tahu dia anak orang kaya. Main aja udah,” ungkapnya.

Theo menuturkan, momen kesadaran itu datang saat dirinya pertama kali berkunjung ke rumah temannya. Apa yang ia lihat benar-benar di luar dugaan.

“Sampai one day ke rumahnya, singkat cerita gue kaget. Rumahnya, gue taker rumahnya aja udah 30 M,” katanya.

Dengan polos, Theo sempat bertanya tentang pekerjaan sang ayah.

“Bapak lu kerja apa?,” tanya Theo.

“Kerja di bank,” jawab temannya.

Namun, jawaban itu justru memicu keheranan.

“Eh kerja di bank mana bisa beli rumah 30 M?,” tanya Theo kala itu.

Akhirnya sang teman hanya berkata singkat, “Yaudah googling aja nama bapak gue”.

“Ngeri, cuy,” ujar Theo sambil tertawa kecil mengingat reaksinya saat itu.

Baca Juga: Bukan Cuma Pintar, Ini Kunci Karier yang Berkelanjutan Menurut Theo Derick

Yang membuat Theo semakin ‘tertampar’ bukan sekadar nilai rumah atau latar belakang keluarga, melainkan sikap sehari-hari temannya yang jauh dari kesan pamer.

“Itu pertama kalinya gue ketemu. ‘Mau dessert gak?’ Mau. Datang ke kulkas, kalian tau gak kulkas yang di store Häagen-Dazs? Itu di rumahnya,” paparnya.

Bahkan hal sesederhana air minum pun menjadi simbol kemewahan yang nyaris tak pernah dipamerkan.

“Boleh minta air mineral? Boleh. Tau air mineral di rumahnya apa? Evian,” ujar Theo seraya tersenyum.

Namun, kata Theo, semua itu disajikan tanpa sikap sombong, tanpa cerita berlebihan, dan tanpa keinginan untuk mengintimidasi siapa pun.

Dari pengalaman tersebut, Theo mengaku mendapatkan dampak yang sangat mendalam.

“Sejak hari itu, tidak pernah gue sekalipun berani memamerkan apa yang gue punya. Karena gue kena mental, teman-teman,” ujarnya jujur.

Ia mengakui bahwa pertemanan tersebut menjadi pengingat keras bahwa kesuksesan sejati tidak perlu diumbar.

“Untung tiga tahun gue kenal dia, gue gak pernah banyak gaya,” tegasnya.

Theo pun menyampaikan pesan penting yang ia petik dari keluarga temannya, terutama sang ayah.

"Bokapnya selalu mengajarkan, jangan pernah melihat orang dari kekayaan yang mereka punya. Karena kualitas orang tidak ditentukan dari sana,” bebernya.

Bahkan, menurut Theo, sang ayah dengan rendah hati menegaskan bahwa kesuksesan juga tak lepas dari faktor keberuntungan.

"Kita bisa sampai titik ini juga karena banyak beruntungnya," begitu pesan yang ia ingat betul.

Di akhir kisahnya, Theo menyampaikan peringatan yang sederhana, tapi sangat mengena.

"Hati-hati kalau ketemu orang-orang humble. Jangan belagu kalian," tandasnya.

Baca Juga: Profil Theo Derick: Tumbuh di Gang Sempit, Kini Jadi Entrepreneur dan Kreator Finansial Berpengaruh