Sebagai langkah strategis dalam upaya eliminasi kanker serviks di Indonesia, Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) resmi merilis rekomendasi klinis terbaru terkait vaksinasi Human Papillomavirus (HPV).
Rekomendasi ini secara khusus menyasar dua kelompok yang dinilai krusial namun kerap luput dari cakupan imunisasi: wanita pra-nikah dan wanita pascapersalinan.
Disusun berdasarkan bukti ilmiah terkini, panduan ini bertujuan memperkuat pencegahan primer terhadap kanker serviks, jenis kanker terbanyak ketiga di Indonesia, dan kedua terbanyak pada wanita, menurut data Globocan 2022. Tercatat, lebih dari 36.000 kasus baru dan 20.000 kematian akibat kanker serviks terjadi di Indonesia setiap tahunnya.
“Di Indonesia, tipe HPV risiko tinggi yang paling umum ditemukan adalah tipe 52, 16, 18, dan 58, yang sebagian besar ditularkan melalui aktivitas seksual. Kabar baiknya, infeksi ini dapat dicegah melalui vaksinasi HPV,” ujar Ketua Umum POGI, Prof. Dr. dr. Yudi Mulyana Hidayat, Sp.OG(K), Subsp. Onk, dalam keterangan resminya, dikutip Rabu (25/6/2025).
Ia pun menekankan pentingnya vaksinasi sebelum seseorang aktif secara seksual, seperti pada fase pranikah. Namun, menurutnya, ibu yang sedang menyusui juga tetap bisa mendapatkan vaksinasi HPV secara aman.
“Setiap jam, dua perempuan Indonesia meninggal karena kanker serviks. Ini bukan hanya angka statistik, tapi ini panggilan darurat. Rekomendasi ini adalah panduan ilmiah untuk memperluas perlindungan bagi mereka yang belum pernah divaksinasi, khususnya di masa pranikah dan pascapersalinan,” tegas Prof. Yudi.
Baca Juga: 11 Mitos tentang Vaksinasi HPV yang Perlu Diketahui
Rekomendasi ini disusun oleh Kelompok Kerja Eliminasi Kanker Serviks POGI di bawah pimpinan Dr. dr. Fitriyadi Kusuma, Sp.OG(K), Subsp. Onk, sebagai panduan teknis untuk dokter, bidan, dan tenaga kesehatan.
“Vaksinasi sebelum aktivitas seksual terbukti dapat mencegah hingga 90% kanker yang berkaitan dengan HPV. Namun, vaksinasi tetap bermanfaat bagi wanita yang sudah aktif secara seksual, karena dapat mengurangi risiko dan memberikan perlindungan lanjutan,” jelas dr. Fitriyadi.
Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa fase pascapersalinan dapat dimanfaatkan sebagai momen strategis untuk memberikan edukasi dan layanan vaksinasi kepada ibu menyusui.
“Kami menyarankan agar vaksinasi HPV menjadi bagian dari layanan nifas dan skrining serviks. Ini bisa dilakukan secara bersamaan untuk efektivitas perlindungan,” pungkasnya.
Langkah POGI ini mendapat dukungan penuh dari PT Merck Sharp & Dohme Indonesia (MSD Indonesia). MSD Indonesia menyambut baik langkah POGI dan terus mendukung upaya edukasi masyarakat. Pencegahan melalui vaksinasi adalah investasi kesehatan jangka panjang, khususnya bagi perempuan Indonesia.
Sebagai bagian dari layanan kesehatan reproduksi rutin, vaksinasi HPV pada kelompok pra-nikah dan pascapersalinan diharapkan bisa menjadi titik masuk strategis dalam menekan angka kematian akibat kanker serviks, serta mendukung tercapainya target eliminasi penyakit ini di tingkat nasional maupun global.
Dengan adanya panduan praktis ini, POGI berharap tenaga kesehatan di seluruh Indonesia dapat lebih aktif dalam memberikan layanan vaksinasi HPV yang komprehensif, tepat sasaran, dan berkelanjutan.
Baca Juga: Dokter Ahli Ingatkan soal Pentingnya Vaksinasi MMR Sebelum Menikah atau Bepergian