Bicara soal generasi, baby boomers dan milenial tentu sudah populer di masyarakat. Namun, tidak dengan satu generasi yang berada di tengah baby boomers dan milenial, yakni generasi X.

Generasi X merupakan mereka anak-anak dari generasi baby boomers. Mereka lahir dalam rentang tahun 1965 hingga 1980. Periode generasi yang cukup singkat ini membuat generasi X kerap terabaikan. Sebab, publik lebih berfokus pada perbedaan mencolok antara baby boomers dan milenial. 

Baca Juga: Mengenal Kelebihan Generasi X: Si Work-Life Balance

Karakteristik generasi X pada umumnya ialah mandiri, disiplin, pekerja keras, dan mengutamakan karier. Karakteristik tersebut muncul tak lepas dari pengalaman generasi sebelumnya yang kurang stabil, terutama dalam hal finansial.

Dengan posisinya yang terhimpit di antara baby boomers dan milenial, generasi X memiliki berbagai kekurangan. Berikut adalah beberapa contohnya.

Tak Suka Diperintah dan Dikekang

Generasi X terbiasa melakukan apa saja yang mereka mau secara mandiri. Dengan begitu, mereka tak suka diperintah dan tidak menyukai otoritas yang kaku dan mengekang ruang geraknya.

Antikemapanan

Generasi X juga dikenal sebagai generasi pembangkang. Tak sedikit dari mereka adalah penganut liberalisme dan antikemapanan. Dalam buku Now We Are 40: Whatever Happened to Generation X? karya Tiffanie Darke disebutkan bahwa ambisi untuk mengumpulkan kekayaan tidak lagi dinilai keren oleh generasi X. Bagi mereka, traveling lebih dibutuhkan untuk membuka pikiran dan wawasan mereka.

Cenderung Skeptis

Selain penganut liberal, generasi X juga cenderung skeptis dan banyak mempertanyakan suatu hal. Di sisi yang lain, generasi X tidak suka terhadap basa-basi. 

Bukan Si Paling Melek Teknologi

Sejatinya, generasi X tidak tumbuh bersama teknologi. Hal itu membuat generasi X harus mempelajari hal-hal di bidang teknologi, berbeda dengan generasi setelahnya yang secara ilmiah sudah tumbuh bersama dengan teknologi. 

Tidak Setia pada Satu Perusahaan

Dalam aspek pekerjaan, generasi X cenderung kurang setia dan kurang berkomitmen pada satu perusahaan saja. Hal ini berkaitan pula dengan karakteristik khas generasi X yang mengkampanyekan work-life balance, mereka tak akan ragu untuk berganti pekerjaan di perusahaan lain yang menurut mereka lebih baik.