Pemilik Mayapada Group Dato Sri Tahir menyebut kekayaan dan harta yang melimpah tak bakal bisa menyelamatkan wibawa seseorang jika perilakunya buruk. Sayangnya kata Tahir kebanyakan orang kaya yang ia jumpai memang berperilaku demikian, mereka bahkan tak sungkan sewenang-wenang hanya karena merasa punya kekuatan secara finansial.
Orang-orang seperti ini lanjut Tahir tidak bakal mendapat rasa hormat selama hidupnya. Padahal yang paling penting dalam hidup adalah menjaga martabat dan mendapatkan rasa hormat, bukan kekayaan.
Baca Juga: Tahir yang Tetap ‘Untung’ Kendati Dihantam Kerugian Berkali-kali
“Kekayaan yang melimpah tidak akan menyelamatkan anda jika perilaku anda sangat tidak dapat diterima karena Anda tidak akan dihormati,” kata Tahir dilansir Olenka.id Selasa (20/5/2025).
Tahir sendiri sudah berkomitmen untuk menjaga martabat dan mendapatkan rasa hormat, ia tak ingin menjadi orang kaya yang sombong dan berprilaku buruk kepada mereka yang lemah.
“Saya tumbuh menjadi orang yang terobsesi untuk melindungi martabat saya,” ujarnya.
Tahir sendiri merupakan salah satu orang super kaya di negara ini, namun ia sangat benci dengan perilaku buruk orang kaya. Dia muak melihat prilaku sombong dan sewenang-wenang yang mereka pertontonkan tanpa adanya rasa malu. Tahir kembali menegaskan, rasa hormat tidak dapat dibeli dengan apapun.
“Terlepas dari kesalahan yang dilakukan oleh orang lemah, saya benci melihat kesombongan dan ketidakadilan yang dilakukan oleh orang kuat hanya karenakekuasaan mereka,” ujarnya.
“Itulah yang membuat saya mengulang pesan saya di banyak seminar bahwa sangat penting untuk membangun harga diri kita. Sebelum kita sampai pada topik tentang membangun karier atau kesuksesan, hal pertama yang dibutuhkan adalah karakter yang terhormat,” tambahnya.
Menurut Tahir, Rasa hormat yang didapat seseorang merupakan timbal balik dari perilaku baiknya, perilaku menghargai dan menaruh rasa hormat kepada sesama bakal mendapat ganjaran setimpal.
“Seseorang akan dihormati karena akhlak dan karakternya yang terpuji dan bukan karena banyaknya uang di bank atau karena siapa orang tuanya, atau karena kedudukan, klan, atau kelas sosialnya. Saya bersyukur atas pendidikan yang diberikan orang tua saya, sehingga saya bisa sukses berkat usaha mandiri saya,” ucapnya.
Pengalaman Pahit Masa Lalu
Kekesalan Tahir pada perilaku buruk orang kaya tidak timbul begitu saja, semua dipicu pengalaman pahit masa lampau. Ia adalah salah satu dari sekian banyak orang yang pernah menjadi korban kesewenang-wenangan orang kaya.
“Sejumlah kejadian di masa kecil saya membekas dalam benak saya,” tuturnya.
Tahir masih ingat betul ketika ada orang kaya secara terang-terangan melarang anaknya bermain bersamanya. Larangan itu bahkan dengan tegas disampaikan di depan mukanya. Kejadian itu sungguh menyayat hatinya dan membekas hingga kini.
Baca Juga: Kursi Ketum PSI Dilirik Jokowi: Kalau Saya Daftar, Jangan Sampai Kalah!
“Tetangga saya yang kaya secara terang-terangan mengatakan di depan saya bahwa anak-anak mereka tidak boleh bermain dengan anak-anak miskin seperti saya. Kata-kata itu diucapkannya dengan lantang tanpa ada pikiran bahwa kata-kata itu akan terekam dalam benak seorang anak sebagai kenangan akan sakit hati yang tidak akan pernah hilang,” katanya lagi.