Pengembangan layanan yang cepat dan dapat diskalakan itu tak lain juga berkat solusi VisionDG Digital Platform yang bersifat microservices dan berjalan di atas Red Hat OpenShift Container Platform. Dengan arsitektur microservices, perusahaan perbankan tidak perlu mengeluarkan investasi besar di awal untuk menggunakannya dan dapat ditambah atau dikurangi skalanya sesuai kebutuhan yang berjalan (agile development).
Selain itu, Red Hat OpenShift yang dapat beroperasi di atas infrastruktur apapun, baik on-premises, public cloud, private cloud, maupun hybrid cloud, memungkinkan pengembangan layanan perbankan tanpa downtime sehingga tak mengganggu transaksi nasabah. Sekali lagi, yang tak kalah penting adalah aman. Sebab, solusi tersebut dilengkapi sistem monitoring keamanan siber yang bekerja 24 jam sehari.
Baca Juga: Memanfaatkan AI untuk Tingkatkan Efisiensi dan Produktivitas Perusahaan
"Kami sudah merasakan keunggulan luar biasa dari solusi VisionDG yang dikembangkan oleh Multipolar Technology dengan konsep microservices di atas Red Hat OpenShift Container Platform. Dengan solusi itu, operasional perbankan menjadi lebih terjaga karena secara otomatis dapat melakukan restart apabila terjadi crash," ungkap Maulidah menceritakan pengalamannya di Bank Sumsel Babel.
Ia tidak bisa membayangkan apa jadinya jika transaksi melalui BI-Fast yang amat "deras" ditangani tanpa menggunakan solusi VisionDG dan Red Hat OpenShift sebab layanan harus dimonitor setiap detik. "Tidak mungkin dipelototi terus-menerus sepanjang hari. Jadi, VisionDG dan Red Hat OpenShift cukup membantu perbankan dalam hal monitoring dan alerting, menskalakan layanan sesuai kebutuhan, serta aman dari ancaman," kata Maulidah.