YCAB Ventures dan Inovasi Keuangan Sosial

YCAB Ventures lahir sebagai lengan kewirausahaan sosial yang menggabungkan pendidikan dengan akses pembiayaan mikro. Pada akhir 2015, Otoritas Jasa Keuangan memberikan izin pendirian perusahaan modal ventura sebagai unit usaha YCAB yang berfokus pada inklusi keuangan.

Dikutip dari globalprivatecapital.org, melalui model pinjaman mikro bersyarat pendidikan, YCAB memastikan bahwa akses modal berjalan seiring dengan peningkatan kapasitas sumber daya manusia agar masyarakat prasejahtera dapat benar-benar memutus rantai kemiskinan.

Membangun Portal Pekerjaan untuk Lulusan SMA

Dikutip dari Liputan6.com, kepedulian Veronica terhadap anak-anak putus sekolah mendorong YCAB menggandeng Microsoft dan Kementerian Ketenagakerjaan RI untuk membangun portal pekerjaan generasibisa.id. Portal ini dirancang khusus bagi lulusan SMA dan setara yang sering kali terjepit karena keterbatasan usia dan pendidikan.

Veronica menyebutkan bahwa sebanyak 79 persen lulusan Paket C dari Rumah Belajar YCAB berhasil memperoleh pekerjaan pada tahun pertama. Menurutnya, kemandirian ekonomi adalah kunci lahirnya martabat dan masa depan yang lebih baik.

'Blusukan' sebagai Jiwa Kepemimpinan

Dikutip dari Liputan6.com, hingga kini Veronica masih rutin melakukan “blusukan” ke berbagai daerah untuk melihat langsung persoalan masyarakat. Ia percaya bahwa yang dibantu bukanlah program, melainkan manusia. Dengan menyentuh realitas secara langsung, ia dapat merancang solusi yang benar-benar sesuai kebutuhan.

Baginya, perjalanan ke lapangan juga merupakan proses spiritual dalam menemukan makna hidup sekaligus panggilan untuk terus melayani.

Buku Karya Veronica Colondam

Sebagai penulis, Veronica telah melahirkan sejumlah buku yang berfokus pada pengembangan anak muda dan isu sosial, di antaranya Raising Drug-Free Children (2007), 10 Mitos dan 1 Kebenaran Tentang Narkoba (2010), Journey to Impact (2018), dan Impact One, Impact Millions (2019).

Strategi Membangun Bisnis Sosial ala Veronica Colondam

Dikutip dari laman resmi UGM, Veronica menegaskan bahwa membangun bisnis sosial jauh lebih kompleks dibanding bisnis konvensional karena harus menggabungkan nilai sosial dan keberlanjutan finansial.

“Menjadi entrepreneur itu sulit. Menjadi social entrepreneur lebih sulit lagi, karena kita harus menggabungkan nilai sosial dan hasil finansial. Itu adalah seni. Hanya mereka yang serius dan tulus yang akan mampu menciptakan dampak bermakna,” tuturnya.

Veronica pun menekankan pentingnya memulai dari persoalan nyata di masyarakat, disertai intuisi sosial yang kuat. Salah satu inovasi besar YCAB adalah peluncuran Juara Empowerment Balanced Fund (JEBF), produk investasi yang tidak hanya mengejar keuntungan finansial, tetapi juga menciptakan dampak sosial.

Menurut Veronica, penerima manfaat tidak boleh hanya menjadi objek bantuan, melainkan juga harus mampu berkontribusi kembali kepada masyarakat.

Penghargaan dan Pengakuan Dunia

Dikutip dari laman LinkedIn pribadinya, pengakuan internasional terhadap kiprah Veronica Colondam dimulai sejak 2001 ketika ia menjadi penerima termuda UN-Vienna Civil Society Award sekaligus menerima penghargaan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Wina.

Namanya kemudian kian diperhitungkan secara global setelah dinobatkan sebagai World Economic Forum Young Global Leader pada 2006, disusul terpilih sebagai salah satu Asia Society’s 21 Young Leaders pada 2007.

Dedikasinya di bidang kewirausahaan sosial mengantarkannya meraih EY Social Entrepreneur of the Year pada 2011 dan Schwab Social Entrepreneur pada 2012.

Pada 2014, Forbes menobatkannya sebagai salah satu dari 10 Most Inspiring Women in Indonesia sekaligus masuk dalam daftar Asia’s 48 Philanthropists.

Pengakuan dunia kembali datang pada 2017 saat ia menerima penghargaan Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York dan dinobatkan sebagai United Nations Solution Maker, lalu dilanjutkan dengan penghargaan Women of Impact pada 2020 serta Asia’s Top Superwomen pada 2021.

Pesan untuk Perempuan dan Generasi Muda

Dikutip dari Media Indonesia, Veronica meyakini bahwa perempuan memegang peran strategis dalam memutus rantai kemiskinan. Ketika perempuan sejahtera, kesejahteraan keluarga dan pendidikan anak akan mengikuti.

Ia juga menekankan bahwa kemiskinan tidak hanya persoalan ekonomi, tetapi juga menyangkut kepercayaan diri dan keberanian untuk bermimpi. Menurut Veronica, pendidikan harus hadir sebagai alat pembebas dan penggerak perubahan sosial.

Baca Juga: Jejak Langkah Butet Manurung Sosok Ibu Guru dari Rimba