Dunia medis tanah air memasuki babak baru. Untuk pertama kalinya, Indonesia menghadirkan teknologi bedah otak berbasis robot melalui peluncuran Brainlab Cirq Robotic Suite di Siloam Hospitals Lippo Village. Peresmian ini pun dilakukan dalam ajang Siloam Neuroscience Summit (SNS) 2025 di Ballroom Shangri-La Hotel, Jakarta, Sabtu (20/9/2025), yang disaksikan lebih dari 600 peserta yang terdiri dari dokter, peneliti, dan tenaga medis lintas bidang.

Peluncuran ini bukan hanya sekadar menghadirkan inovasi mutakhir, melainkan juga menandai posisi Siloam Hospitals Lippo Village sebagai Center of Excellence Neuroscience, menjadikan Indonesia sejajar dengan pusat neurosains terkemuka dunia.

CEO Siloam International Hospitals, Caroline Riady, menyebut kehadiran teknologi ini sebagai bukti komitmen Siloam menghadirkan layanan kesehatan kelas dunia di Indonesia.

“Kami percaya bahwa presisi sejati hadir ketika teknologi canggih dipadukan dengan keahlian para dokter bedah saraf terbaik bangsa. Precision meets experts, inilah kunci yang akan membawa hasil operasi lebih aman, efektif, dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Kini, pasien di Indonesia bisa merasakan teknologi kelas dunia yang sebelumnya hanya tersedia di pusat neuroscience internasional,” tutur Caroline.

Sementara itu, Hospital Director Siloam Hospitals Lippo Village, dr. Erick Prawira Suhardhi, MARS, menegaskan bahwa keberhasilan penerapan teknologi ini bukan hanya soal investasi alat, tetapi kesiapan seluruh tim medis.

“Komitmen kami dalam menghadirkan Brainlab Cirq Robotic Suite lebih dari sekadar investasi alat. Kami memastikan bukan hanya dokter spesialis sebagai operator, tetapi juga seluruh tenaga medis penunjang siap melakukan tindakan dengan teknologi ini,” jelas dr. Erick.

Kemudian, saat Press Conference Siloam Neuroscience Summit 2025, di Ballroom Shangri-La Hotel, Jakarta, Sabtu (20/9/2025), Dr. Grace Frelita, MM, Chief Director Medical Siloam Hospitals, menegaskan peran Siloam sebagai jaringan rumah sakit yang terus mendorong peningkatan kualitas layanan kesehatan.

“Siloam adalah jaringan rumah sakit dengan 41 unit dari Medan hingga Ambon, ditambah jaringan klinik di berbagai wilayah, termasuk tujuh klinik khusus di pedalaman Papua. Bagi kami, summit seperti ini penting agar ilmu, teknologi, dan inovasi medis yang terus berkembang bisa dikejar, bukan sekadar diikuti. Kalau kita tidak mengejar, justru kita yang akan dikejar,” jelas Dr. Grace.

Lebih jauh, ia menegaskan bahwa kualitas layanan bukan semata diukur dari gedung megah atau peralatan canggih, melainkan dari sumber daya manusia yang ada di dalamnya.

“Siapapun bisa membangun rumah sakit atau membeli alat. Tapi yang paling penting adalah bagaimana membangun SDM—dokter spesialis, perawat, farmasi, hingga tenaga kesehatan lainnya agar mampu memberikan pelayanan terbaik untuk pasien,” tambahnya.

Baca Juga: Siloam Hospitals Percepat Transformasi Digital dan Inovasi Berbasis AI dengan AWS Cloud

Horizon Baru di Dunia Neuroscience

Sementara itu, Prof. Dr. dr. Yusak M.T Siahaan, Sp.N (K), FIPP, CIPS, Chairman Siloam Neuroscience Summit, memaparkan bagaimana perkembangan ilmu neuroscience telah membuka horizon baru dalam penanganan penyakit saraf.

“Neuroimaging, terapi gen, hingga neuromodulasi kini membawa cakrawala baru. Pasien stroke yang dulunya hanya bisa menerima kondisi kelemahan atau gangguan bicara, sekarang mulai bisa ditangani lebih baik dengan neuromodulasi. Bahkan gangguan memori pun bisa mendapat harapan baru,” ujar Prof. Yusak.

Ia menambahkan, inovasi seperti stem cell dan kecerdasan buatan (AI) semakin memperluas standar tata laksana neurologi modern. Namun yang tak kalah penting adalah peluang bagi dokter untuk terus meningkatkan kompetensi.

“Kita tidak boleh berhenti pada pengobatan tradisional. Horizon baru ini membuka kesempatan agar pasien tidak berhenti pada kecacatannya, melainkan bisa mendapatkan diagnosis dan terapi yang lebih dalam,” tegasnya.

Sebagai wujud nyata, summit ini juga menghadirkan workshop inovatif, mulai dari neurorestoration hingga brain-computer interface, teknologi yang memungkinkan pasien lumpuh menggerakkan tangannya kembali dengan bantuan komputer. “Teknologi ini sudah berkembang di luar negeri, dan kami ingin masyarakat Indonesia juga bisa menikmatinya,” kata Prof. Yusak.

Kemudian, salah satu puncak perhatian dalam summit ini adalah hadirnya sistem robotik untuk bedah saraf.

Prof. Dr. dr. Julius July, Sp.BS(K), M.Kes, IFAANS, yang juga Chairman Siloam Neuroscience Summit sekaligus konsultan neurosurgeon di bidang Viro Oncology, menegaskan bahwa esensi dari teknologi robotik bukan untuk kebanggaan, melainkan untuk keselamatan pasien.

“Bukan soal membeli robot, karena siapa saja yang punya uang bisa melakukannya. Bukan juga soal menjadi dokter hebat. Yang penting adalah menjadi dokter yang baik, yang mampu menggunakan fasilitas apapun untuk menolong pasien. Kesembuhan pasien adalah inti dari segalanya,” tegas Prof. Julius.

Menurut Prof. Julius, peran robot ini ibarat sistem navigasi dalam penerbangan pesawat.

“Bedah saraf adalah urusan milimeter, bahkan kurang. Dengan bantuan robot dan navigasi, kami bisa lebih presisi sehingga operasi berjalan aman dan hasilnya optimal. Pasien dan keluarga hanya ingin hasil yang beres, aman, dan itu yang menjadi tanggung jawab kami,” jelasnya.

Ia juga menekankan bahwa teknologi ini harus disebarkan ke seluruh Indonesia.

“Kita beruntung Siloam mau berinvestasi. Tapi tujuan kami bukan menonjolkan diri, melainkan berharap teknologi ini menular. Kalau tidak ada yang pertama, tidak akan ada yang kedua atau ketiga. Jadi mari kita mulai, supaya masyarakat tidak perlu jauh-jauh berobat ke luar negeri dengan biaya berlipat,” pungkasnya.

Standar Baru Neuroscience di Indonesia

Nah Growthmates, untuk diketahui, bedah otak adalah salah satu bidang medis paling kompleks, di mana tingkat presisi menjadi penentu utama keberhasilan. Brainlab Cirq Robotic Suite ini menghadirkan navigasi robotik dengan akurasi lebih tinggi, risiko komplikasi lebih rendah, serta mempercepat pemulihan pasien.

Teknologi ini tidak berdiri sendiri, melainkan semakin kuat ketika berpadu dengan intuisi klinis dan pengalaman para dokter Indonesia. Kombinasi antara kecerdasan robotik dan keahlian manusia menciptakan standar baru dalam keamanan dan efektivitas prosedur medis.

Kehadiran Brainlab Cirq juga melengkapi portofolio teknologi robotik di jaringan Siloam Hospitals, yang sebelumnya telah menghadirkan Da Vinci Xi untuk bedah digestif, urologi, dan obsgyn, serta CUVIS Joint untuk bedah ortopedi.

Peluncuran Brainlab Cirq Robotic Suite ini pun bukan hanya langkah maju bagi Siloam Hospitals, tetapi juga menjadi simbol transformasi layanan kesehatan nasional. Dengan dukungan para ahli, rumah sakit, dan dunia akademik, Indonesia kini siap menyongsong masa depan neurosains dengan optimisme tinggi.

“Hari ini kita tidak hanya menyaksikan hadirnya teknologi, tetapi juga meneguhkan keyakinan bahwa Indonesia mampu sejajar dengan dunia dalam menghadirkan layanan kesehatan terbaik,” pungkas Caroline Riady.

Baca Juga: Mengulik Sosok Caroline Riady: Generasi Ketiga Konglomerasi Lippo Group yang Pimpin Siloam Hospitals