Indonesia memastikan membawa isu Israel-Palestina ke panggung Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-80 di New York yang berlangsung pada September 2025. Presiden Prabowo Subianto dijadwalkan menyampaikan pidato dalam sesi debat umum, dengan menekankan pentingnya keadilan internasional sekaligus menyerukan agar dunia tidak menutup mata terhadap penderitaan rakyat Palestina.

Menariknya, Prabowo mendapat giliran berpidato ketiga, setelah Brasil dan Amerika Serikat. Posisi ini dianggap strategis, karena membuat suara Indonesia bisa terdengar lebih awal di hadapan puluhan kepala negara dan pemerintahan.

“Urutan ini sangat menguntungkan. Indonesia bisa langsung menyampaikan posisi dan sikapnya pada momen awal sidang ketika perhatian dunia masih penuh,” ujar Direktur Jenderal Kerja Sama Multilateral Kemlu, Tri Tharyat, dalam press briefing di Jakarta, Kamis (11/9/2025).

Baca Juga: PBB Desak Pengusutan Pelanggaran HAM dalam Unjuk Rasa di Indonesia, Prabowo Instruksikan Investigasi Menyeluruh

Isu Palestina memang bukan hal baru bagi Indonesia. Dukungan terhadap kemerdekaan Palestina sudah menjadi sikap konsisten sejak lama. Namun, Sidang Umum ke-80 yang bertepatan dengan 80 tahun berdirinya PBB membuat isu ini terasa semakin relevan. “Palestina adalah isu kemanusiaan sekaligus keadilan. Indonesia akan terus berada di garis depan memperjuangkan hak rakyat Palestina,” tegas Tri.

Di tengah agenda besar itu, publik sempat bertanya-tanya apakah Presiden Prabowo juga akan menyinggung soal situasi dalam negeri, terutama terkait demonstrasi besar dan tuntutan 17+8 yang belakangan ramai dibicarakan. Meski belum ada konfirmasi detail, Kemlu memberi sinyal bahwa isu hak asasi manusia tetap akan hadir dalam narasi Indonesia di forum internasional.

“Isi pidato tentu menyangkut dinamika global, termasuk persoalan serangan terhadap negara berdaulat. Namun detailnya masih akan disampaikan langsung oleh Presiden,” jelas Tri.

Selain agenda utama, delegasi Indonesia juga akan aktif dalam sejumlah pertemuan bilateral dan forum global lainnya. Topiknya beragam, mulai dari perubahan iklim, kesehatan mental, hingga kerja sama negara-negara Global South. Semua ini dimaksudkan untuk menegaskan peran Indonesia sebagai jembatan antara kepentingan negara maju dan negara berkembang.

Kehadiran Indonesia di Sidang Umum PBB ke-80 jelas lebih dari sekadar rutinitas diplomatik tahunan. Ini adalah panggung penting untuk menunjukkan bahwa Indonesia tetap konsisten membela Palestina, mendorong reformasi multilateralisme, dan menjaga kredibilitasnya sebagai salah satu negara demokrasi terbesar di dunia.