Pemerintah Indonesia resmi meluncurkan lembaga pengelola kekayaan negara baru bernama Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau Danantara, yang kini disebut-sebut sebagai salah satu sovereign wealth fund (SWF) terbesar di dunia pada Senin (24/02/2025) lalu. Dalam waktu singkat, Danantara telah mengonsolidasikan kekayaan luar biasa. Total nilai aset kelolaannya mencapai Rp14.679 triliun, atau hampir US$1 triliun.
Langkah strategis ini menjadi tonggak penting dalam transformasi cara negara mengelola aset produktifnya, dengan tujuan akhir mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional hingga 8 persen per tahun.
Konsolidasi Aset Jumbo
Pembentukan Danantara merupakan bentuk rekayasa ulang struktur ekonomi negara melalui konsolidasi aset besar-besaran. Berdasarkan data resmi, sebanyak 844 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah masuk ke dalam entitas ini. Langkah ini menyatukan entitas lintas sektor, dari energi, keuangan, pertambangan, hingga logisti yang sebelumnya tersebar di bawah pengelolaan kementerian teknis.
Baca Juga: Erick Thohir Gandeng KPK Bersih-bersih BUMN-Danantara
Tak hanya itu, Danantara juga mengambil alih pengelolaan aset strategis milik Kementerian Sekretariat Negara, termasuk kawasan bersejarah Gelora Bung Karno (GBK). Langkah ini menandai pergeseran pendekatan pengelolaan aset negara dari administratif ke produktif dan berorientasi investasi.
Menurut Kepala Danantara Rosan P. Roeslani, penggabungan aset ini dirancang untuk menciptakan kapasitas fiskal baru yang tidak bergantung pada utang atau APBN.
“Kami mengonsolidasikan kekayaan negara untuk menciptakan ekuitas nasional yang bisa dimobilisasi secara strategis dan profesional. Ini bukan sekadar pengumpulan aset, ini rekayasa ulang struktur ekonomi negara,” ujarnya dalam konferensi pers, 29 April 2025.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga menambahkan bahwa Danantara adalah bentuk dari reformasi kelembagaan fiskal nonkonvensional yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan global.
“Kita sedang bicara tentang bagaimana aset yang selama ini mengendap, bisa dialihfungsikan untuk menciptakan imbal hasil dan menggerakkan ekonomi secara langsung,” jelasnya.
Baca Juga: Berkenalan dengan Managing Director Danantara: Sosok dan Perjalanan Karier Febriany Eddy
Rincian Aset
Aset kelolaan Danantara yang mencapai Rp14.679 triliun disumbang oleh BUMN-BUMN terbesar Indonesia. Ini daftar nilai aset dari beberapa kontributor utama:
- Bank Mandiri: Rp2.174 triliun
- Bank Rakyat Indonesia (BRI): Rp1.965 triliun
- Perusahaan Listrik Negara (PLN): Rp1.671 triliun
- Pertamina: Rp1.412 triliun
- Bank Negara Indonesia (BNI): Rp1.087 triliun
- Telkom Indonesia: Rp318 triliun
- Mining Industry Indonesia (MIND ID): Rp259 triliun
- Indonesia Investment Authority (INA): Rp163 triliun
Baca Juga: Danantara Sukses Diguyur Investasi dari Qatar
Kawasan GBK menjadi ikon dari proses ini. Dikelola sebelumnya oleh Setneg melalui PPKGBK, GBK kini berpindah ke Danantara. Nilai valuasinya disebut mencapai US$25 miliar delapan tahun lalu dan diperkirakan telah meningkat.
“GBK harus menjadi mesin pertumbuhan baru, tanpa menghilangkan fungsi sosial dan historisnya. Kita tidak bicara soal privatisasi, tapi optimalisasi,” ujar Rosan.
Namun, proses ini masih menyisakan ketidakpastian administratif. Rakhmadi A. Kusumo, Direktur Utama PPKGBK, mengatakan pihaknya masih menunggu kejelasan transformasi ini.
“Kami tengah melakukan pendalaman, memastikan bahwa transisi ini berjalan baik dan tetap sesuai fungsi layanan publik,” katanya.
Baca Juga: Bahlil Pastikan Prabowo Tak Titipkan Orang di Danantara
Tujuan Investasi
Selain sebagai pengelola aset, Danantara didesain sebagai lembaga investasi aktif yang dapat menyalurkan modal ke berbagai sektor prioritas nasional. Dalam tahap awal, Danantara mengalokasikan sekitar Rp300 triliun untuk diinvestasikan ke:
- Energi baru dan terbarukan
- Manufaktur berbasis teknologi
- Hilirisasi mineral dan komoditas
- Ketahanan pangan
- Pengembangan kecerdasan buatan (AI)
Danantara juga membuka diri untuk bekerja sama dengan investor domestik dan asing melalui skema co-investment, serta kemungkinan menerbitkan surat utang berbasis aset (asset-backed securities).
Presiden Prabowo Subianto menyatakan keyakinannya terhadap potensi jangka panjang Danantara.
Baca Juga: Ada Jokowi dan SBY Berikut Daftar Nama Pengurus Danantara
“Ini cara kita memakmurkan bangsa dengan cara cerdas. Dengan pengelolaan yang baik, kekayaan Indonesia bisa mencapai lebih dari US$1 triliun,” ucapny penuh keyakinan.
Tata Kelola dan Transparansi
Mengingat skala aset yang sangat besar, kekhawatiran soal akuntabilitas dan transparansi pun mencuat. Untuk itu, Danantara dibentuk dengan struktur tata kelola yang melibatkan berbagai tokoh nasional dan global. Dewan Penasihatnya mencakup:
- Joko Widodo (mantan Presiden RI)
- Susilo Bambang Yudhoyono (mantan Presiden RI)
- Jeffrey Sachs (ekonom global)
- Ray Dalio (pendiri Bridgewater Associates)
- Thaksin Shinawatra (mantan PM Thailand)
Baca Juga: Resmi! SBY dan Jokowi Jadi Dewan Pengarah Danantara
Presiden Prabowo menegaskan bahwa Danantara akan terbuka terhadap audit oleh lembaga apa pun, termasuk BPK dan KPK.
“Danantara harus bisa diaudit siapa pun, ini bukan lembaga tertutup. Ini adalah uang rakyat yang harus dikelola untuk rakyat,” tegasnya.
Dengan struktur aset jumbo, misi investasi jangka panjang, dan ambisi sebagai sovereign wealth fund kelas dunia, Danantara bukan sekadar lembaga baru, namun dapat dikatakan sebagai penentu arah baru ekonomi nasional. Jika dikelola dengan profesional dan transparan, Danantara bisa menjadi game changer dalam sejarah ekonomi Indonesia.
Namun, tantangan pengawasan, konsistensi kebijakan, dan independensi tetap akan menjadi ujian utama. Apakah Danantara bisa benar-benar menjadi mesin pertumbuhan baru Indonesia, atau justru menjadi beban baru negara?