Sementara itu, kata Ayoe, hambatan eksternal yang kerap mendera perempuan saat ini antara lain adalah norma budaya patriarki dan stereotip gender, tekanan keluarga dan lingkungan, dan minimnya akses informasi tentang peluang dan karier.

“Selain itu, kurangnya role model perempuan sukses dan norma maskulinitas tradisional masih mendominasi ruang publik,” ujar Ayoe.

Karenanya, Ayoe pun menekankan bahwa pola asuh dalam keluarga harus berubah agar anak perempuan memiliki kepercayaan diri untuk mengembangkan bakat mereka. Menurutnya, perubahan pola asuh menjadi kunci dalam menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung kesetaraan gender.

“Orang tua punya peranan penting karena orang tua lah tempat paling utama bagi setiap anak untuk memberikan ruang eksplorasi terhadap bakat dan potensinya. Selain itu, guru juga berpesan sebagai mentor dan fasilitator eksplorasi minat,” jelas Ayoe.

Tak hanya itu, lanjut Ayoe, keinginan dan motivasi perempuan untuk mengaktualisasikan diri juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan.

“Lingkungan juga berperan untuk menciptakan budaya yang mendukung perempuan. Yang perlu diingat, perempuan butuh otonomi, kompetensi dan koneksi untuk berkembang,” tandas Ayoe.

Baca Juga: 3 Strategi Bisnis untuk Percepat Kemajuan Menuju Kesetaraan Gender versi Grant Thornton