“Dari lahir umur 1 bulan (dapat imunisasi) BCG dan OPV yang pertama; umur 2 bulan, 3 bulan dapat pentavalent PCV, OPV dengan rotavirus; kemudian 4 bulan pentavalent, rotavirus, OPV, dan IPV; kemudian 9 bulan dapat MR dan IPV yang kedua Itu yang di bawah 1 tahun; kemudian 12 bulan dapat PCV yang ketiga; kemudian 18 bulan dapat Pentavalent yang keempat dan IPV yang kedua; kemudian kelas 1 dapat
MR, TD, kelas 2 juga TD; Kelas 5, TD dan HPV yang pertama untuk perempuan, kalau yang laki-laki tidak mendapatkan HPV; kemudian kelas 6 HPV yang kedua,” papar dr. Hartono.
dr. Hartono menegaskan untuk memberikan imunisasi pada anak tepat pada usianya. Pada kasus anak yang terlambat mendapatkan imunisasi sesuai usianya, akan tetap diberikan tanpa harus mengulang dari awal.
“Imunisasi itu kan setelah diberikan dia naik satu, dia akan kedua naik lagi. Dia akan menurun antibodi-nya dengan bertambahnya waktu. Kalau kita berikan yang ketiga dia akan naik. Kalau kelamaan tidak diberikan, barangkali sudah menurun dan sudah di bawah ambang proteksi. Kalau di bawah ambang proteksi kekebalannya, akan berisiko tertular. Jadi, usahakan imunisasi sesuai jadwal yang dianjurkan kalau,” jelasnya.
“Cukup dilengkapi (kalau anak terlambat imunisasi). Jadi, misalnya dia baru dapat 2 kali kan kurang 1 kali l, kita lengkapi,” tambahnya.
IDAI sejak 2021 lalu berkomitmen mengajak seluruh elemen masyarakat, termasuk para tokoh dan tenaga kesehatan, terkait program imunisasi nasional sebagai upaya peningkatan dan perlindungan bagi anak-anak dari penyakit yang dapat dicegah melalui vaksin imunisasi.
Bahkan, juga sudah ada program yang ditujukan bagi para ibu untuk melihat kembali catatan imunisasi anak-anaknya, dan mengajak buah hati untuk rutin melakukan imunisasi.
“Selain itu, kami juga melibatkan tokoh masyarakat untuk mendukung imunisasi dengan tujuan melindungi anak Indonesia dari penyakit berat, kecacatan, dan kematian," imbuhnya.