Presiden Prabowo Subianto disebut-sebut merogoh kocek dan mengucurkan uang pribadinya demi menyukseskan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di sejumlah wilayah termasuk di Kendari, Sulawesi Tenggara.
Isu ini santer dalam satu dua hari belakangan ini, Prabowo belum memberi pernyataan terkait desas desus tersebut, pun demikian, Partai Gerindra juga mengaku belum mengetahui secara jelas kepastian kabar tersebut. Tetapi yang jelas kabar tersebut membuat banyak masyarakat Indonesia mengacungkan jempol dan menaruh rasa hormat setinggi-tingginya kepada kepala negara. Prabowo panen pujian.
Baca Juga: Prabowo Tak Main-main Soal Target Ekonomi Makro
Menurut Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti, desas desus yang menyebut Prabowo mengucurkan dana pribadi untuk program andalannya tersebut bukan sesuatu yang aneh, dia memandang hal itu wajar sebab jika hanya mengandalkan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), maka program MBG bisa saja mandek dan molor dari target mengingat masih banyak program prioritas yang juga mesti dikebut dengan anggaran fantastis.
"Tentunya kalau (makan bergizi gratis) hanya rely on pada APBN, ini akan menjadi berat ya buat APBN. Sementara itu, program pemerintah yang lain kan tidak hanya MBG. Ada IKN, kemudian infrastruktur lainnya," kata Esther kepada wartawan Rabu (8/1/2024).
Esther mengakui, MBG adalah program yang sangat menguras anggaran, ongkos yang dibutuhkan sangat besar mengingat pemerintah menargetkan jumlah penerima manfaat mencapai 15 hingga 20 juta orang hingga akhir 2025. Dengan jumlah penerima manfaat tersebut, program MBG diproyeksikan bakal menelan anggaran hingga Rp71 triliun untuk tahap pertama. Apabila semua anggaran dibebankan ke APBN, maka berat untuk mengebut program prioritas lainnya.
"Cukup fantastis ya memang. Kalau kita lihat angka dalam APBN ini kurang lebih sekitar Rp 71 triliun untuk tahap pertama, tahun pertama ini. Tentunya ini bukan angka atau anggaran yang kecil," ujarnya.
Lebih jauh, Esther menilai, pemerintah perlu melakukan penghematan anggaran atau meningkatkan penerimaan negara sehingga APBN akan mampu membiayai program unggulan Prabowo secara berkelanjutan.
"Pemerintah mengecilkan anggaran dari program-program lainnya, ini yang terjadi gitu. Nah, ke depannya ya memang harus dievaluasi. Kecuali pemerintah bisa men-generate income lebih banyak untuk bisa men-deliver program makan bergizi gratis ini sesuai dengan target yang ditetapkan, tetapi bukan dari utang," jelasnya.
Baca Juga: Abraham Samad dan Connie Bakrie Dipolisikan Loyalis Jokowi
Esther mengusulkan cara agar pemerintah dapat meningkatkan penerimaan negara. Salah satunya melalui investasi asing maupun domestik.
"Dengan investasi tersebut maka diharapkan ada penciptaan lapangan pekerjaan di sini, di Indonesia. Kemudian menghasilkan produk. Kalau bisa produknya diekspor. Terus impornya juga direm. Tidak semuanya harus diimpor. Ini yang terkait dengan program makan bergizi gratis," katanya.