Crazy Rich menjadi salah satu istilah yang cukup sering terdengar di kalangan masyarakat Tanah Air. Seseorang dengan harta kekayaan melimpah, memiliki rekening fantastis, sering kali dilabeli sebagai Crazy Rich

Bahkan, mendapatkan predikat Crazy Rich saat ini seolah diperebutkan oleh beberapa kalangan tertentu. Seperti mereka yang memiliki hunian mewah dengan puluhan koleksi mobil sport hingga moge, memiliki banyak villa, jet pribadi, seakan ingin mendapat pengakuan masyarakat sebagai seorang Crazy Rich.

Dato Sri Tahir sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia, memiliki pandangan atas fenomena Crazy Rich yang hobi flexing kekayaan. Hal tersebut disampaikan Tahir dalam wawancara eksklusif bersama Olenka, beberapa waktu lalu.

“Yang kamu tonjolkan itu adalah kekayaan. Pertanyaan Saya, pertama, Anda memiliki iman enggak? memiliki agama? Kalau memiliki, Saya tanya agama mengajari kamu begitu gak (flexing kekayaan)? Sekolah enggak mengajari kamu begitu. Saya tanya, dua orang tuamu mengajarimu yang baik enggak? Orang tuamu mengajari (flexing) begitu gak?,” ujar pendiri Mayapada Group itu seperti dikutip, Rabu (8/5/2024).

Baca Juga: Jadi Orang Terkaya di Indonesia, Begini Cara Dato Sri Tahir Menikmati Hidup

Baca Juga: Tak Hanya Dermawan, Sepak Terjang Dato Sri Tahir di Dunia Pendidikan Juga Mengesankan

Menjadi konglomerat ternama dengan harta kekayaan mencapai 5,1 miliar USD, Tahir merasa bahwa harta hanya sebatas ‘titipan’ Sang Pencipta. Tidak ada hak untuk memiliki, hanya diberikan hak untuk mengelola saja.

“Harta itu, di semua kitab suci, di semua agama, tidak pernah mengatakan kita punya hak milik atas harta. Kita hanya (punya) hak mengelola. Saya yakin di Muslim, di Kristen, sama,” tutur Tahir.  

“Kita tidak punya hak memiliki, Saya tidak pernah dikasih kepada Tuhan atas hak milik (harta Saya). Saya (hanya) dikasih hak mengelola. Kalau memang itu adalah keyakinan kita, maka kita minta Tuhan kasih hikmat supaya kita mengelola (harta) dengan baik,” tambahnya.

Sebab itu, menurut Tahir istilah Crazy Rich perlu dihilangkan, dan ada rasa tahu malu akan harta kekayaan yang sebenarnya hanya sebatas ‘titipan’ untuk dikelola dengan baik.

“Jadi Saya pikir istilah crazy rich itu harus dihilangkan, harus tahu malu lah. Tahu malu, itu yang paling tepat,” tukasnya.