Namun data yang dirilis dipertanyakan banyak pihak karena dianggap tidak relevan. 

Salah satu pihak yang menganggap data pertumbuhan ekonomi RI sangat ganjil adalah Institute for Development of Economics and Finance (Indef). Mereka mempertanyakan keabsahan data tersebut. 

“Apakah pertumbuhan ekonomi Indonesia ini bisa kita kategorikan sebagai anomali? Jangan-jangan memang ada semacam window dressing,” ujar Kepala Center of Industry, Trade and Investment Indef, Andri Satrio Nugroho, dalam diskusi publik bertajuk "Tanggapan atas Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II 2025", Rabu (6/8/2025).

Baca Juga: Bertemu Jokowi, Luhut: Kondisinya Belum Sepenuhnya Pulih

Andri menyoroti perbedaan mencolok antara data makro BPS dengan laporan para pelaku industri. Ia mempertanyakan bagaimana pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 5,12%, padahal kuartal II 2025 tidak didukung oleh momen Ramadan dan Lebaran seperti di kuartal sebelumnya.

“Pada kuartal II 2025 tidak ada momentum Ramadan, tetapi justru pertumbuhannya lebih tinggi dari triwulan I yang hanya 4,87%. Ini mencengangkan,” ujarnya.