Hengkang dari jabatan menteri, Anies semakin memantapkan hatinya sebagai seorang politikus. Hingga pada 2017 ia memutuskan maju pada Pilkada DKI Jakarta. Anies menggandeng Sandiaga Uno dalam ajang tersebut dan berhasil mengalahkan pasangan petahana Ahok-Djarot Saiful. 

Pilkada Jakarta 2017 penuh polemik, Anies Baswedan dituding menjadi biang kerok dari berbagai isu rasial pada ajang tersebut, meski demian Anies membuktikan diri sebagai pemimpin andal dengan berbagai kebijakan yang menyetarakan semua warga Jakarta.   

Ia memimpin Jakarta hingga berakhirnya masa jabatannya pada 2022 lalu meski di tengah perjalanan kariernya sebagai gubernur DKI Jakarta dirinya sempat digoda untuk maju pada Pilpres 2019, namun ia menolaknya dengan segudang alasan.

Kembali ke Jakarta

Pasca hengkang dari jabatan gubernur DKI, Anies Baswedan berhasrat untuk terus mengebut karier politiknya. Kali ini ia membidik kursi RI I. Anies kemudian maju pada Pilpres 2024 dengan mengajak Muhaimin Iskandar sebagai calon wakil presiden.  

Pada pertarungan kali ini, Anies melawan Prabowo Subianto, orang pertama  yang mendukungnya ketika dirinya pertama kali terjun ke dunia politik pada Pilkada Jakarta 2017 lalu.

Singkat cerita, pertarungan Pilpres kali ini dimenangkan pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Pasangan Anies-Muhaimin yang didukung PKS, PKB dan NasDem keok dilibas. 

Baca Juga: Dari IKN, Jokowi Sebut Istana Jakarta dan Bogor Nuansa Kolonial

Bagi Anies, kalah menang dalam pertarungan politik adalah hal biasa, toh dirinya juga pernah mencicipi manisnya kemenangan di Pilkada Jakarta lalu, kini gilirannya menelan kekalahan yang menyakitkan itu di Pilpres.

Kendati begitu, Anies tak kapok, alih-alih kembali ke asalnya sebagai akademisi, Anies justru berniat kembali ke Jakarta, dia melirik lagi kursi Gubernur Jakarta yang baru ia tinggalkan beberapa tahun lalu. 

Anies memang belum menyatakan secara gamblang bakal kembali ke Pilkada Jakarta 2024, tetapi gerak gerik politiknya secara tak langsung telah mengonfirmasi itu, dia pun tak menolak ketika diberi tiket sebagai calon gubernur Jakarta di Pilkada  2024 oleh PKS. 

Terancam Gagal 

Meski sudah mendapat restu dari PKS, namun kans Anies melenggang ke Pilkada Jakarta bisa saja gagal. Sejak dideklarasikan PKS beberapa bulan lalu, pembentukan koalisi untuk mengusung dirinya belum juga terlaksana. 

Alotnya penggodokan koalisi itu disebabkan beberapa faktor, salah satunya adalah penunjukan Sohibul Iman sebagai calon wakil gubernur, senior PKS itu oleh banyak pihak dinilai hanya mendegradasi nilai tawar Anies Baswedan. 

Buktinya PKB dan NasDem yang menjadi kawan koalisi di Pilpres 2024, tampak tak serius mendukung pasangan Anies-Sohibul, kedua partai ini pernah mengajukan tawaran dengan menyodorkan kader terbaiknya sebagai calon wakil gubernur pengganti Sohibul, namun pembicaraan mereka mandek sampai sekarang. 

Di sisi lain PKB dan NasDem telah menyatakan diri untuk bergabung ke barisan koalisi pendukung pemerintah Prabowo-Gibran,  kedua partai ini bisa saja mau bergabung dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus yang sedang digagas saat ini. 

KIM Plus dibentuk untuk menampung partai-partai non pemerintahan untuk menghadapi Pilkada Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Adapun KIM sendiri beranggotakan, Gerindra, Golkar, PAN dan Demokrat. 

Baca Juga: Polemik Istana Garuda IKN: Warna Gelap, Aura Mistis, dan Ruangan Melayang di Antara Tebing 30 Meter

Sementara itu Gerindra sebagai penggagas KIM Plus telus melakukan lobi politik ke partai-partai di luar KIM termasuk ke PKS dan PDI Perjuangan. PDI sendiri telah menolak tawaran tersebut, namun PKS sampai saat ini tak memberi jawaban secara terbuka. 

Apabila PKS ikut bergabung sebagai partai pendukung pemerintahan Prabowo-Gibran, banyak pihak memprediksi Anies Baswedan bakal luntang-lantung, kecil kemungkinan dia diusung KIM Plus, sebab kubu ini sudah punya sejumlah tokoh mentereng seperti Ridwan Kamil yang berpotensi diusung ke Pilkada Jakarta.