Sejak dilantik oleh Presiden Prabowo Subianto, Wakil Menteri Perdagangan Republik Indonesia Dyah Roro Esti, menjadi sorotan publik. Pasalnya, di usianya yang baru menginjak 31 tahun, Roro Esti sudah terpilih menjadi Wamendag termuda dalam Kabinet Merah Putih periode 2024-2025.
Meski usianya baru menginjak kepala tiga, Wamendag Roro dipercaya menjabat posisinya untuk mendampingi Menteri Perdagangan Budi Santoso dalam menjalankan tugas di Kementerian Perdagangan Republik Indonesia.
Tak serta merta ditunjuk langsung menjadi wakil menteri, Wamendag Roro ternyata sudah terjun ke dunia politik sejak usia muda. Menurutnya, politik adalah momentum. Di mana, diartikan sebagai waktu yang tepat untuk mengambil langkah atau membuat keputusan strategis yang dapat mendukung keberhasilannya dalam politik.
Wanita kelahiran 25 Mei 1993 ini memutuskan untuk mencalonkan diri sebagai anggota legislatif pada periode 2015-2019. Keputusan tersebut diambil Wamendag Roro lantaran saat itu partai yang mengusungnya tengah membutuhkan tokoh perempuan dengan tekad dan semangat untuk berkontribusi di bidang politik.
“Dan kebetulan juga daerah pemilihan saya di wilayah Jawa Timur itu membutuhkan sosok perempuan. Jadi itu kembali lagi kenapa saya sampaikan bahwa politik adalah momentum,” ujar Wamendag Roro dalam agenda diskusi “Semangat Awal Tahun (SAT) 2025” yang berlangsung di IDN HQ, Kamis (16/1/2025).
Baca Juga: Mengintip 5 Rahasia Sukses Menjadi Pemimpin Wanita yang Berkompeten, Seperti Apa?
Lantaran didorong oleh kesempatan yang ada, baik dari kebutuhan partai maupun daerah pemilihan yang membutuhkan sosok perempuan, Roro Esti pun memulai kariernya dalam dunia politik saat itu. Dia pun percaya bahwa politik adalah tentang mengenali dan memanfaatkan momen yang tepat.
Setelah terjun ke lapangan kala itu, Wamendag Roro menemukan semangat dan pembelajaran baru untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat dengan turun langsung mendengarkan apa yang mereka butuhkan.
Kedekatan dengan masyarakat, menurut Roro, menjadi kunci dalam menjalankan tugas sebagai anggota DPR RI.
“Karena sebagai anggota DPR RI itu fokusnya kita tahu menyusun anggaran, kita menyusun kebijakan, dan kita mengawasi juga kinerja pemerintah. Nah maka kedekatan dengan masyarakat itu menjadi kunci,” tutur Wamendag Roro.
Bisa dikatakan, sejak kecil Wamendag Roro sudah terpanggil untuk memiliki empati terhadap masyarakat secara keseluruhan. Mengingat, latar belakang keluarganya yang juga keluarga politik, dan menjadi ‘privilege’ tersendiri bagi Roro bisa memiliki sensitivity terhadap masyarakat sejak usia belia.
Baca Juga: Top 10 Wanita Terkaya di Dunia Awal Tahun 2025
“Privilege yang saya maksud adalah saya selalu diajarkan untuk turun ke lapangan. Saya selalu diajarkan untuk melihat secara langsung permasalahan yang ada di lapangan. Untuk tahu kemudian bagaimana kita bisa berperan untuk melakukan sebuah perubahan,” cerita Wamendag Roro.
“Dan dengan pembelajaran itu, karena orang tua saya juga sering sekali mengajarkan saya seperti itu, akhirnya saya sedikit demi sedikit ya belajar berproses yang mungkin gak banyak orang juga tahu ataupun melihat proses itu,” tambahnya.
Diajarkan untuk turun ke lapangan dan melihat permasalahan langsung, membuatnya belajar berproses, meski banyak orang hanya melihat hasil akhirnya, seperti berhasil menduduki kursi DPR RI atau mendapat kepercayaan sebagai wakil menteri. Wamendag Roro menyadari bahwa di balik semua pencapaiannya saat ini ada proses yang tidak mudah.
Berkarier di dunia politik dan sudah dilantik menjadi anggota legislatif sejak usia 26 tahun, Roro Esti menyadari adanya "opportunity cost”. Di mana, dengan memilih untuk fokus berkarir berarti harus mengorbankan waktu untuk teman dan keluarga. Namun, saat itu ia melihat hal tersebut bukan hanya sebagai pengorbanan, tetapi sebagai bentuk pengabdian.
Wamendag Roro memiliki kesempatan menempuh pendidikan di luar negeri, di Manchester University untuk S1 dan Imperial College untuk S2. Saat memutuskan untuk melanjutkan pendidikan S2, sang ayah tidak ingin membiayai pendidikan Roro saat itu, kecuali berhasil masuk di salah satu perguruan tinggi terbaik di dunia.
Hal tersebut justru membuat Roro semakin termotivasi untuk bertahan dan mengandalkan kemampuan dirinya untuk meraih tujuan hidup. Hingga akhirnya, Roro berhasil menempuh pendidikan S2 di Imperial College berkat beasiswa yang diterimanya dari pemerintah Indonesia, tanpa biaya dari sang ayah.
Baca Juga: Najwa Shihab, Sosok Jurnalis Perempuan yang Menginspirasi dan Berdedikasi
Dengan dukungan beasiswa yang diterimanya dan tantangan untuk mandiri, memperkuat tekad Wamendag Roro untuk berkontribusi pada negara. Roro merasa berutang budi pada negara dan harus memberikan kontribusi maksimal.
“Tapi karena itu justru menjadi panggilan tersendiri untuk mengabdi. Jadi akhirnya ternyata perjalanan hidup untuk kemudian menjadi anggota DPR dan bisa hadir untuk masyarakat itu semua menjadi bagian dari calling itu tadi. Bahwa saya hutang budi kepada negara. Saya harus berkontribusi secara maksimal untuk negara,” tukasnya.