Indonesia menjadi negara dengan jumlah penduduk muslim terbanyak kedua di dunia. Melansir data World Population Review, ada sekitar 236 juta penduduk di Indonesia yang memeluk agama Islam; menempatkannya di bawah Pakistan dengan penduduk muslim sekitar 240,8 juta jiwa.

Besarnya jumlah penduduk muslim di Indonesia merupakan modal besar bagi negara ini untuk memperkuat sektor ekosistem halalnya. Dr. Abdul Hakam Naja, Direktur Eksekutif Center for Syariah Economic Development INDEF mengingatkan, secara global, ekonomi syariah diperkirakan akan bernilai sekitar USD3 triliun.

Baca Juga: Food Ingredients (Fi) Asia Indonesia 2024 Resmi Berakhir, Halal Value Chain Jadi Primadona

"Sayangnya, data dari State of Global Islam Economic tahun 2023-2024 menunjukkan bahwa yang menguasai industri makanan-minuman halal adalah Brazil; kedua India; ketiga Amerika Serikat; keempat Rusia; dan kelima China," jelasnya belum lama ini, dikutip Selasa (8/10/2024).

Sementara itu, masalah utama di Indonesia, menurutnya, adalah kondisi ekonomi Indonesia yang masuk dalam kategori negara dengan pendapatan menengah. Sebagai solusinya, Indonesai perlu melakukan sinergi dan kolaborasi dengan negara Islam lainnya, seperti Malaysia dan Brunei Darussalam, untuk memperkuat sektor halal, terutama di Asia Tenggara.

Berdasarkan rumusan Bank Dunia, ada tiga langkah yang perlu dilakukan untuk terlepasa dari middle income trap, yakni:

  1. Investasi, baik domestik maupun foreign investment;
  2. Infusion atau infus, masuknya asupan dari dana dari luar maupun dari dalam maupun dalam kaitan teknologi nilai tambah langkah;
  3. Melakukan inovasi.

"Inovasi menjadi penting sebagai upaya mengatasi jebakan negara berpenghasilan menengah. Bagaimana kita bisa menyinergikan enam sektor di ekonomi halal: (1) bidang keuangan; (2) makanan dan minuman; (3) bidang pariwisata; (4) fashion; (5) media dan hiburan; serta (6) obat dan kosmetik," jelasnya.

Di antara keenam bidang tersebut, Dr. Abdul Hakam menyebutkan fashion sebagai pemantik. Pasalnya, hal itu juga akan meningkatkan industri manufaktur di bidang tekstil.

"Peluang yang besar dari industri fashion. Bagaimana bahan baku dan industri tekstil dan para kreator dari dunia mode disinergikan sehingga Indonesia tidak hanya memenuhi fashion halal di dalam negeri, tetapi juga di tingkat global dengan dua miliar penduduk muslim," ucapnya.

Hal itu juga dinilai akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia, sebagaimana target Pemerintahan Prabowo Subianto mencapai pertumbuhan ekonomi 8%. Pasalnya, Indonesia dinilai telah mengalami deindustrialisasi dengan penurunan kontribusi sektor manufaktur pada PDB. Dari 32% di tahun 2002, kontribusi industri manufaktur Indonesia hanya 19% di tahun ini, berdasarkan data BPS terakhir.