Setelah sukses di tahun ini melalui film horor Siksa Kubur dan deretan film seperti Pengabdi Setan, Sutradara sekaligus filmmaker, Joko Anwar mengumumkan judul film terbarunya. Film ke-11 Joko Anwar ini berjudul ‘Pengepungan di Bukit Duri’. Film bergenre action thriller ini dijadwalkan tayang pada 2025 di bioskop.

Adapun, film teranyar besutan Joko Anwar ini diproduksi oleh Come and See Pictures dan berkolaborasi dengan studio film asal Hollywood Amerika Serikat, Amazon MGM Studios. Kerja sama ini akan menandai film layar lebar pertama MGM di Asia Tenggara sekaligus membuat film ini memungkinkan ditayangkan global dengan judul 'The Siege of Thorn High'.

“Kenapa saya lepas dari horor? Saya percaya bahwa sebagai seorang filmmaker, saya juga seorang seniman yang tidak boleh berada dalam sebuah comfort zoneaya memilih. Pengepungan di Bukit Duri karena saya merasa ini adalah film yang memiliki isu dan tema yang urgent sekali sekarang tentang anti-kekerasan," kata Joko dalam konferensi pers di Jakarta Selatan, Senin (21/10/2024).

Lebih jauh, Joko Anwar pun menyatakan antusiasmenya dalam proyek terbaru ini bersama Amazon MGM Studios dan rumah produksinya Came and See Pictures.

“Kami tidak sabar untuk menghadirkan cerita yang menegangkan dan urgent ini ke penonton Indonesia. Pengepungan di Bukit Duri membawa isu yang relevan dan sangat dekat dengan kehidupan kita sekarang di Indonesia,” tutur Joko Anwar.

“Kami mengajak penonton untuk merenungkan kembali persepsi tentang keadilan dan empati. Hal ini yang menjadikan film ini bukan hanya sekadar film action-thriller, namun juga pengalaman yang menggugah pikiran,” sambung Joko Anwar.

Joko Anwar pun menceritakan bahwa film ‘Pengepungan di Bukit Duri’ ini akan berlatar Indonesia pada 2027 yang mengalami pergolakan dan di ambang kehancuran karena diskriminasi dan kebencian rasial. Film ini juga menampilkan kehidupan siswa-siswa bermasalah dari sebuah sekolah 'buangan'.

Dikatakan Joko Anwar, naskah film ‘Pengepungan di Bukit Duri’ ini sebenarnya sudah ditulis olehnya sejak 2007 lalu. Namun, ia mengaku baru merasa siap mengangkat cerita ini setelah 17 tahun.

Baca Juga: Film Siksa Kubur Masuk Nominasi Terbanyak FFI 2024

“Karena saya merasa kalau dibikin saat saya belum cukup dewasa mungkin akan tidak sampai apa yang ingin saya sampaikan. Saya menunggu 17 tahun menimbang menajamkan skenario, saya rasa saat ini cukup dewasa membuat film ini,” ungkap Joko Anwar.

“Kedua, saya tidak mau di zona nyaman dan terus terang kita mencari pemain berbulan bulan. Bekerja sama dengan mereka membuat saya teirnspirasi dan semangat membuat filmnya jadi tinggi karena mereka memberikan talenta mereka 100%,” lanjut Joko Anwar.

Di kesempatan yang same, Vice President, International Originals Amazon MGM Studios, James Farrell, mengatakan bahwa kolaborasi ini menandai pencapaian penting bagi MGM, karena untuk pertama kalinya bekerja sama dengan rumah produksi di Asia Tenggara untuk perilisan film bioskop.

“Kolaborasi ini juga menjadi yang pertama dengan sutradara berbakat dari Indonesia, Joko Anwar. Kami sangat antusias untuk mempersembahkan hasil kerja sama kami dengan tim Come and See Pictures, menghidupkan visi unik Joko Anwar ke layar lebar bagi penonton Indonesia,” kata James.

Sementara itu, Produser sekaligus Co-founder Come and See Pictures, Tia Hasibuan, mengatakan kolaborasi ini terjadi pada 2021 setelah mereka mempresentasikan naskah skenario Pengepungan di Bukit Duri yang ditulis Joko Anwar.

Pada saat itu, kata Tia, tim Amazon MGM Studios langsung merasa jatuh cinta dengan masalah dan cerita yang diangkat. Tia juga bilang, Amazon MGM Studios merupakan mitra terbaik untuk mengembangkan dan menggarap film Pengepungan di Bukit Duri.

“Jadi pada 2021, kita pertama ketemu dengan Amazon MGM Studios. Kita presentasikan lah film ini ke mereka, dan enggak nyangka mereka ternyata pada suka. Ya sudah akhirnya kita bisa bekerja sama saat ini,” kata Tia.

Tia pun mengaku percaya kebaharuan dan konsistensi untuk melakukan eksplorasi memberikan nafas baru pada setiap karya adalah salah satu kunci untuk perfilman Indonesia bisa memiliki sustainaibility yang tinggi.

"Selain itu, setiap film dan series yang kami produksi juga harus mengandung isu yang relevan untuk penonton Indonesia. Kami yakin film bertema yang universal diceritakan dari sudut pandang lokal bisa juga menjadi sebuah tantangan yang menarik bagi penonton internasional," tandasnya.

Baca Juga: Film Para Perasuk Karya Wregas Bhanuteja Menang CJ ENM Award