Laporan terbaru berjudul "Unlocking the Potential of GenAI in CX" memperkirakan bahwa pada akhir 2027, jumlah investasi Generative AI (GenAI) di wilayah Asia Pasifik meningkat dari 15 persen menjadi 29 persen. Beberapa fungsi bisnis yang mengutamakan implementasi GenAI menurut Eksekutif C-Level adalah operasional (47 persen), interaksi pelanggan (38 persen), dan pemasaran (33 persen).

Dalam laporan hasil kerja sama Infobip dengan IDC tersebut, diketahui bahwa sektor bisnis di Asia Pasifik yang mengadopsi GenAI mengikuti tren global, terutama dalam sektor Transportasi dan Logistik (74 persen), Telekomunikasi Media, dan Hiburan (72 persen), Keuangan (59 persen), serta Kesehatan (54 persen). Namun, masih ada beberapa tantangan, misalnya, perkembangan teknologi GenAI yang terlalu cepat (33 persen), tingginya biaya transformasi teknologi (32 persen), dan persaingan harga dari kompetitor (31 persen).

Baca Juga: AC Ventures, BCG, KADIN, dan BCG X Rilis Laporan GenAI dan Petakan Masa Depan Layanan Keuangan di Indonesia

"Penelitian menunjukkan bahwa 69 persen CEO di Asia Pasifik melihat AI sebagai peluang signifikan untuk bisnis berkembang dan berbeda. Di Infobip, kami membantu berbagai bisnis dalam memanfaatkan AI untuk mengubah interaksi pelanggan. Kami percaya bahwa GenAI akan memungkinkan bisnis sepenuhnya menciptakan alur yang otomatis, mengirimkan pesan sambutan, rekomendasi produk, dan memberikan bantuan—baik sebelum maupun setelah pembelian secara otomatis," ujar Ivan Ostojic, Chief Business Officer at Infobip, dikutip Jumat (27/9/2024).

Meskipun GenAI memiliki potensi besar untuk merevolusi cara interaksi pelanggan, hanya 18 persen bisnis di Asia Pasifik yang masih berada pada tahap awal adopsi AI, sedangkan 64 persen bisnis lainnya telah memanfaatkan AI dan Machine Learning (AI/ML) untuk kebutuhan yang spesifik. Selain itu, hanya 18 persen bisnis di APAC yang memiliki kemampuan AI/ML tingkat lanjut. Lambatnya adopsi GenAI bagi bisnis disebabkan oleh beberapa hal, seperti hambatan regulasi dan keamanan.

"GenAI akan mengubah cara kita merancang, menerapkan, memberikan, dan meningkatkan interaksi pelanggan. Berdasarkan survei Future of Customer Experience IDC pada Juni 2023, 35 persen eksekutif yang menangani CX percaya bahwa inovasi seperti GenAI dan Web3 akan menjadi krusial dalam membentuk strategi CX mereka di masa depan. Di tengah ketidakpastian ekonomi dan meningkatnya biaya, bisnis harus fokus membedakan diri mereka melalui interaksi pelanggan yang berlandaskan nilai dan empati untuk tetap kompetitif di pasar digital," ucap Nikhil Batra, Senior Research Director, IDC Asia-Pacific.

Meskipun berjalan lambat, adopsi GenAI berpotensi meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia hingga 18 persen atau Rp243,5 triliun pada 2030. Selain itu, integrasi GenAI dengan platform populer di Indonesia, seperti SMS dan WhatsApp berpotensi meningkatkan pertumbuhan pendapatan perusahaan hingga 5 kali lipat dan mendorong kepuasan pelanggan sampai hingga 40 persen.

Terlebih, perusahaan di Asia Pasifik yang berinvestasi dalam GenAI berpotensi untuk menjadi yang terdepan— seiring makin canggihnya perkembangan teknologi tersebut. Perusahaan yang tertarik mengimplementasikan GenAI harus memilih mitra solusi teknologi lokal yang berpengalaman, serta memiliki pemahaman baik tentang interaksi pelanggan untuk memudahkan proses integrasi. Setelahnya, baik bisnis dan konsumen dapat menikmati semua manfaat terbaik yang ditawarkan oleh teknologi GenAI.