Anggaran keamanan siber di sebagian besar perusahaan diperkirakan makin meningkat pada tahun 2024. Laporan ini merupakan bagian dari survei unggulan Global Digital Trust Insights PwC yang difokuskan pada Asia Pasifik.

Dari laporan diketahui, perusahaan melihat kemunculan Generative AI (GenAI) dengan campuran skeptisisme dan antusiasme, dan banyak yang meningkatkan investasi dalam keamanan siber untuk melindungi diri dari serangan siber. Jumlah pelanggaran besar di Asia Pasifik telah meningkat dengan 35% organisasi mengalami pelanggaran data yang menghabiskan biaya antara US$1 juta hingga US$20 juta selama tiga tahun terakhir.

Baca Juga: Adopsi Kecerdasan Buatan (AI) Bantu Industri Tekan Kerugian Akibat Kebocoran Data

"Dengan meningkatnya pelanggaran data dan menjadi makin mahal, organisasi perlu lebih memperhatikan ketahanan siber dan mengintegrasikan inisiatif siber ke dalam strategi dan inisiatif ketahanan mereka. Sangat penting untuk menguji tanggapan insiden yang sedang diterapkan guna memastikan bahwa mereka beroperasi secara efektif serta memiliki cadangan informasi yang dianggap penting," ujar Subianto, PwC Indonesia Chief Digital & Technology, dikutip Kamis (15/8/2024).

Dengan meningkatnya risiko keamanan siber, 54% organisasi menempatkan ancaman kehilangan data pelanggan, karyawan, dan transaksi sebagai kekhawatiran utama mereka, sedangkan 46% bisnis lebih khawatir tentang dampak ancaman siber terhadap merek dan pendapatan perusahaan.

Meningkatnya adopsi cloud dan GenAI di Asia Pasifik

Menurut survei, ancaman terkait cloud termasuk di antara tiga kekhawatiran siber utama bagi 51% organisasi di Asia Pasifik dalam 12 bulan ke depan. Martijn Peeters, President Director PwC Consulting Indonesia, mengatakan, "Pertumbuhan adopsi cloud publik lebih cepat di wilayah Asia Pasifik dibandingkan dengan Amerika Utara dan Eropa dengan enam pasar utama APAC-Australia, India, Singapura, Jepang, Indonesia, dan Korea Selatan-tumbuh sebesar 25%. Seiring dengan pergeseran bisnis mengalihkan aplikasi mereka ke cloud publik untuk meningkatkan produktivitas dan mengeksplorasi aliran pendapatan baru, ada potensi besar untuk pertumbuhan lebih lanjut di tahun-tahun mendatang."

GenAI memiliki potensi untuk sangat berdampak dalam ruang keamanan siber dengan mempercepat laju tim keamanan dalam mengidentifikasi risiko dan ancaman sehingga menyamakan kedudukan melawan serangan yang makin intensif dari aktor kejahatan siber. Lebih dari 69% responden menyoroti bahwa mereka akan menggunakan GenAI untuk pertahanan siber dalam 12 bulan ke depan dan 47% responden mengatakan mereka sudah menerapkan GenAI untuk deteksi dan mitigasi siber. Menariknya, 21% responden sudah melihat manfaat untuk program siber mereka karena GenAI.

Strategi mitigasi

Saat bisnis mulai membangun sumber daya untuk mengambil pendekatan manajemen risiko terintegrasi guna memperkuat arsitektur keamanan sibernya dan membangun ketahanan yang lebih kuat, para pemimpin dapat mulai dengan fokus pada strategi kunci ini:

  • Menetapkan strategi dan tujuan bersama di seluruh organisasi dan memastikan bahwa tujuan ini telah mencakup berbagai topik, fungsi, dan tingkatan;
  • Menyelaraskan subjek risiko terkait di berbagai fungsi untuk menyematkan sinergi dan meningkatkan pengambilan keputusan lintas organisasi dalam rangka akuntabilitas dan kesadaran yang lebih baik di semua tingkatan;
  • Menetapkan pengawasan dan akuntabilitas dewan yang lebih besar untuk risiko siber;
  • Mengintegrasikan risiko siber ke dalam kerangka risiko keseluruhan organisasi dengan bantuan dan dukungan dari pemimpin keamanan di lapangan;
  • Mengembangkan strategi tenaga kerja yang komprehensif yang memprioritaskan inisiatif peningkatan keterampilan digital di seluruh organisasi dan pengembangan bakat, seimbang dengan penggunaan ahli subjek pihak ketiga;
  • Mengidentifikasi dan menekankan investasi dalam aset teknologi yang memiliki dampak bisnis dan keamanan paling besar dalam jangka panjang.