UKM dan perusahaan berskala besar di Indonesia tetap optimis terhadap iklim usaha saat ini di tengah inflasi yang tinggi serta tantangan ekonomi global yang memengaruhi biaya operasi dan rantai pasok.

Berdasarkan UOB Business Outlook Study 2024 (SMEs & Large Enterprises) yang menyurvei 525 perusahaan di seluruh vertikal industri utama di Indonesia yang mencakup UKM dan perusahaan berskala besar dengan omzet tahunan Rp6 miliar-Rp3 triliun, lebih dari sembilan dari 10 bisnis terdampak inflasi yang tinggi pada tahun 2023. Akan tetapi, dibandingkan dengan dunia usaha di negara lain yang diikutkan dalam survei tersebut, dunia usaha di Indonesia paling optimis terhadap masa depan.

Baca Juga: 6 Konglomerat yang Punya Bisnis Rumah Sakit Terbesar di Indonesia

"Dunia usaha di Indonesia menunjukkan ketahanan dan optimisme yang luar biasa dalam menghadapi tantangan ekonomi. UOB Business Outlook Study 2024 menyoroti aspirasi dan pandangan positif dunia usaha terhadap iklim usaha di Tanah Air, dan memberikan wawasan terkait langkah-langkah yang perlu diambil untuk mengatasi masalah yang tengah dihadapi di masa mendatang," terang Harapman Kasan, Wholesale Banking Director, UOB Indonesia, dikutip Rabu (14/8/2024).

Guna mengatasi tantangan yang terjadi, perusahaan-perusahaan telah mengambil sejumlah langkah, antara lain meningkatkan produktivitas guna mencapai efisiensi, menerapkan digitalisasi untuk mendorong penghematan biaya, serta lebih aktif dalam negosiasi harga dengan pemasok atau vendor.

Pentingnya Digitalisasi dan Adopsi Keberlanjutan

UKM dan perusahaan berskala besar di Indonesia memiliki keyakinan harus mengadopsi digitalisasi untuk mencapai produktivitas yang lebih tinggi, meningkatkan jangkauan pelanggan, serta meningkatkan kinerja usaha. Hasilnya, hampir sembilan dari 10 bisnis di Indonesia telah melakukan digitalisasi di satu atau sejumlah departemen seperti di layanan profesional, manufaktur, dan teknik.

Di antara UKM dan perusahaan yang telah mengadopsi digitalisasi, beberapa telah mencatatkan peningkatan dalam pengalaman pelanggan dan profitabilitas. Namun, bisnis menghadapi sejumlah tantangan dalam perjalanan digitalisasi mereka. Hampir separuh dari bisnis khawatir akan keamanan siber (47%) dan hampir sepertiganya menghadapi risiko tinggi akibat pembobolan data (36%) atau berjuang dengan biaya implementasi (31%) karena merasa sulit untuk menjustifikasi nilai investasi.

Manajemen Rantai Pasok Tetap Penting

Manajemen rantai pasok tetap penting bagi 98 persen bisnis, termasuk sektor manufaktur dan teknik serta teknologi, media, dan telekomunikasi. Namun, lebih dari tujuh dari 10 bisnis menyatakan ketegangan geopolitik telah berdampak signifikan pada rantai pasok, khususnya di sektor manufaktur dan teknik serta layanan bisnis. 

Meningkatnya biaya pasokan akibat inflasi dan suku bunga, ditambah dengan peralihan ke strategi pasokan untuk berjaga-jaga guna mengurangi risiko kekurangan, menjadi salah satu dari tiga tantangan utama yang dihadapi bisnis.

Peningkatan Bisnis Lewat Ekspansi Luar Negeri ke ASEAN

Dunia usaha di Indonesia (93% responden) menunjukkan keinginan yang kuat untuk meningkatkan profitabilitas dan meningkatkan pendapatan melalui ekspansi ke luar negeri, terutama di sektor manufaktur, teknik, dan layanan bisnis. Perusahaan-perusahaan termotivasi untuk memperluas pasar pada skala internasional guna membangun reputasi, memanfaatkan jaringan regional atau global, serta memanfaatkan peluang untuk produk dan layanan yang ditawarkan.

Baca Juga: Studi Terbaru Kearney Ungkap Kebutuhan Krusial terhadap Keberlanjutan Regeneratif di Indonesia

Keinginan akan ekspansi ke luar negeri sebagian besar mengarah ke negara-negara ASEAN (78%) dan negara-negara di Asia Utara lainnya (31%). Malaysia dan Singapura menjadi tujuan utama untuk kawasan ASEAN. Namun, 48 persen dunia usaha masih berupaya menemukan mitra yang tepat untuk kerja sama di pasar luar negeri. Lebih dari empat dari 10 bisnis masih memiliki dukungan keuangan atau dana yang belum memadai.

Beberapa langkah dukungan diharapkan dapat membantu perusahaan mengatasi masalah yang dialami, seperti membangun koneksi ke bisnis perusahaan besar yang merupakan calon pembeli untuk produk klien dan menjalankan program pelatihan untuk meningkatkan keterampilan karyawan. Selain itu, sebagian besar perusahaan menunjukkan minat dalam menggunakan platform perdagangan digital antara negara untuk melakukan ekspansi ke luar negeri.