Growthmates, belakangan mungkin kamu merasa udara terasa lebih dingin dari biasanya, terutama jika tinggal di wilayah Pulau Jawa. Sejak Kamis (14/8/2025) malam, sejumlah warganet di media sosial pun ramai membicarakan hal yang sama, hawa dingin yang cukup menusuk,
Fenomena ini dikenal dengan istilah bediding, yakni udara dingin yang biasanya muncul saat malam hingga pagi hari. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat kemunculannya di sejumlah wilayah Jawa sejak awal Juli 2025, lalu kembali dirasakan pertengahan Agustus ini bahkan hingga Bali dan Nusa Tenggara.
"Fenomena bediding merupakan istilah lokal yang menggambarkan kondisi udara yang sangat dingin, terutama dirasakan saat malam hingga pagi hari," ujar Direktur Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani, dikutip dari laman Kompas, Sabtu (16/7/2025).
Ia menambahkan, fenomena ini biasanya terjadi pada puncak musim kemarau, yaitu bulan Juli hingga Agustus, dan paling terasa di daerah dataran tinggi seperti pegunungan atau perbukitan. Meski begitu, hawa dingin tetap bisa dirasakan luas di wilayah selatan Khatulistiwa, mulai dari Jawa hingga Bali, NTB, dan NTT.
Baca Juga: Tips Packing Cerdas dan Simpel untuk Liburan Musim Dingin
Penyebab Fenomena Bediding
Fenomena suhu dingin di musim kemarau sejatinya bukan hal baru. Hampir setiap tahun, masyarakat di Pulau Jawa “akrab” dengan fenomena bediding ini.
Mengutip penjelasan dari laman resmi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Probolinggo, bediding merujuk pada kondisi suhu yang terasa sangat dingin, terutama di malam hingga pagi hari, ketika memasuki peralihan dari musim hujan ke musim kemarau. Suhu dingin ini biasanya dialami di kawasan selatan garis khatulistiwa, mulai dari Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara Timur (NTT).
Masih dari laman yang sama, fenomena ini dipicu oleh masuknya angin musim dingin dari Australia (monsun Australia). Selain itu, berkurangnya tutupan awan membuat panas matahari yang tersimpan di bumi tidak kembali terperangkap, sehingga suhu udara terasa lebih dingin.
Angin muson sendiri merupakan aliran massa udara yang bergerak karena perbedaan tekanan antara daratan dan lautan. Di wilayah tropis, perbedaan intensitas sinar matahari ikut memengaruhi pergerakan angin tersebut.
Perbedaan tekanan udara ini erat kaitannya dengan posisi matahari terhadap bumi, yang berubah sepanjang tahun. Mulai dari 23,5° LU pada 21 Juni, kembali ke khatulistiwa pada 23 September, bergeser ke 23,5° LS pada 22 Desember, lalu kembali lagi ke khatulistiwa pada 21 Maret.
Saat matahari berada jauh di utara khatulistiwa, belahan bumi utara cenderung lebih panas, sementara belahan bumi selatan menjadi lebih dingin. Letak Jawa yang berada di selatan khatulistiwa menjadikannya lebih sejuk, ditambah hembusan angin dingin dari Australia yang semakin mempertegas fenomena bediding.
Baca Juga: Ini 5 Menu Sarapan Sehat Agar Berenergi Sepanjang Hari
Tips Jaga Tubuh Tetap Sehat
Saat musim peralihan dan fenomena bediding ini, tetap menjaga kesehatan tubuh agar terhindar dari penyakit yang tidak diinginkan adalah hal wajib dilakukan. Merangkum dari berbagai sumber berikut tips yang bisa Growthmates lakukan.
- Gunakan pakaian hangat. Suhu biasanya lebih dingin di pagi dan malam hari, jadi kenakan jaket atau selimut ekstra agar tubuh tidak kedinginan.
-
Jaga tubuh tetap terhidrasi. Minum cukup air putih membantu menjaga fungsi tubuh tetap optimal, meski cuaca dingin sering membuat kita lupa minum.
-
Konsumsi makanan bergizi. Perbanyak buah, sayur, dan makanan bernutrisi lainnya untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
-
Cukup istirahat. Tidur yang berkualitas membantu tubuh pulih dan lebih kebal terhadap penyakit.
-
Jaga kebersihan lingkungan. Lingkungan yang bersih dapat mencegah munculnya penyakit yang mudah menular saat daya tahan tubuh melemah.
- Tetap aktif berolahraga agar tubuh tetap bugar.
Semoga bermanfaat!