Setelah bertahun-tahun bergulat dengan utang dan restrukturisasi, masa depan Garuda Indonesia tampaknya akan memasuki babak baru. Pasalnya, Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) tengah bersiap mengucurkan suntikan modal besar ke maskapai nasional tersebut.

Adapun, rencana ini digadang-gadang sebagai salah satu upaya strategis untuk memperkuat struktur permodalan dan meningkatkan kinerja jangka panjang Garuda.

Rencana ini pun tak pelak menjadi sorotan tajam publik, mengingat maskapai plat merah ini sebelumnya telah menjalani proses restrukturisasi utang jumbo hingga lebih dari Rp100 triliun.

Lantas, sejauh mana rencana ini akan terrealisasi? Dikutip dari berbagai sumber, Kamis (12/6/2025), berikat Olenka ulas selengkapnya.

Latar Belakang

Informasi mengenai rencana penyuntikan dana ke Garuda Indonesia sendiri mencuat setelah sejumlah sumber menyebut Danantara tengah mempertimbangkan penyertaan modal sebagai langkah penyelamatan terhadap maskapai pelat merah tersebut.

Garuda Indonesia dikabarkan mengajukan permintaan pendanaan sekitar U$500 juta atau setara Rp8,15 triliun (kurs Rp16.300/U$) kepada Danantara, dimana nantinya dana tersebut rencananya akan digunakan untuk pengadaan 15 pesawat baru, termasuk untuk memperkuat lini anak usahanya, Citilink.

Dana tersebut disebut sebagai bagian dari tahap awal pendanaan strategis untuk menopang pemulihan keuangan Garuda Indonesia, yang sempat terpuruk akibat pandemi dan beban utang.

Langkah ini menjadi sorotan lantaran Garuda Indonesia saat ini tengah menghadapi tekanan keuangan yang cukup berat. Setelah sempat membukukan laba selama dua tahun berturut-turut pascapandemi Covid-19, perusahaan kembali mencatatkan kerugian bersih pada 2024.

Berdasarkan laporan keuangan terakhir, hingga akhir Desember 2024, Garuda Indonesia mengalami defisit modal sebesar U$1,4 miliar. Nilai kewajiban perusahaan tercatat jauh melampaui aset yang dimiliki.

Respons CEO Danantara

CEO Danantara, Rosan Roeslani, membenarkan adanya pengajuan pendanaan dari Garuda kepada Danantara. Namun, ia menegaskan bahwa permintaan tersebut masih dalam tahap evaluasi internal.

“Ya, itu di bagian holding sedang mengevaluasi. Bukan hanya Garuda, kita mengevaluasi semua BUMN yang ada, bagaimana meningkatkan dan mengoptimalisasi aset yang ada,” ujar Rosan saat ditemui di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (10/6/2025).

Sebelumnya, Rosan bukan cuma sekali membenarkan rencana penyuntikan dana ke Garuda. Akhir Mei lalu, dia pernah mengatakan pihaknya memang sedang diskusi soal penyuntikan modal dibahas ke Garuda dibahas Danantara.

Hanya saja, Rosan belum mau merinci secara detail soal rencana penyuntikan modal itu akan seperti apa. Ketika ditanya besarannya pun dia enggan bicara.

"Nanti lah kalau itu. Karena Kita masih diskusi dengan semua pihak dalam hal itu. Sedang berjalan lah, sedang berjalan, Insyaallah," kata Rosan ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis (22/5/2025) yang lalu, dikutip dari Detik Finance.

Diketahui, permintaan pendanaan ini mencuat di tengah kabar yang dilansir Bloomberg, bahwa Garuda tengah menjajaki kesepakatan pendanaan yang ditargetkan rampung paling cepat Juni atau Juli 2025.

Masih menurut sumber Bloomberg, sebagian dana dari suntikan ini akan dialokasikan ke Citilink, untuk mendukung kembali beroperasinya armada berbiaya rendah yang selama ini sempat terbatas jumlahnya karena kendala finansial.

Respons Pemerintah

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, merespons rencana Danantara memberikan dukungan modal kepada Garuda Indonesia.

Iamenegaskan bahwa suntikan modal ini adalah bagian dari rencana jangka panjang yang dirancang secara proporsional. Menurutnya, dana yang dikucurkan tidak hanya akan difokuskan pada operasional, tapi juga diarahkan untuk mendukung ekspansi investasi.

“(Dukungan modal dari Danantara) kan proposional, ada yang untuk operasional, ada yang untuk investasi. Selama itu nanti prosesnya sama kan, karena itu Danantara ada dua holding company yakni holding operasional dan holding investasi,” ujar Erick usai menghadiri Indonesia Sharia Forum (ISF) 2025, beberapa waktu lalu.

Menurut Erick, rencana penguatan Garuda ini selaras dengan arahan Presiden Prabowo Subianto yang menginginkan Indonesia memiliki kekuatan di sektor transportasi udara, baik domestik maupun internasional.

Garuda diposisikan sebagai salah satu mesin pertumbuhan nasional, khususnya di bidang pariwisata dan layanan penerbangan untuk keperluan ibadah seperti haji dan umrah.

“Kalau Garuda, kemarin kan keputusannya memang sebagai mesin pertumbuhan untuk turis, haji, dan umrah. Memang Bapak Presiden Prabowo inginkan kita punya domestik yang kuat dan perusahaan internasional yang carrier flight yang kuat juga,” lanjut Erick.

Salah satu poin penting yang ditegaskan Erick adalah bahwa dukungan modal ini bukan berasal dari Penyertaan Modal Negara (PMN) atau dana langsung dari APBN. Skema yang digunakan sekarang berbeda dengan pendekatan masa lalu, saat pemerintah menyuntikkan dana langsung ke BUMN dalam rangka penyelamatan.

“Bukan dong (dari PMN), itu kan sudah dana yang ada di Danantara, itu penambahan modal kerja dan lain-lain,” ujar Erick, dikutip dari Republika.

Ia juga menambahkan bahwa makna PMN saat ini sudah berevolusi. Jika dulu PMN selalu diidentikkan dengan suntikan dana dari kas negara, kini pendekatannya lebih bersifat korporatis, dengan pemisahan antara alokasi untuk operasional dan investasi.

“Kalau sekarang sudah berbeda, ada untuk operasional, ada buat investasi. Jadi konteksnya sudah sangat korporasi,” jelasnya.

Baca Juga: Rencana Pembentukan Danantara Trust Fund