Dalam waktu dekat, dua perusahaan telekomunikasi nasional XL Axiata dan Smartfren, dikabarkan berencana untuk melakukan merger. Axiata Group Berhad dan Sinar Mas Group, sebagai pengendali XL Axiata dan Smartfren, menunjukkan keseriusan dengan menandatangani Nota Kesepahaman (MoU), 15 Mei 2024 lalu.
XL Axiata, terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode saham EXCL, merupakan operator telekomunikasi terbesar ketiga di Indonesia dengan 58 juta pelanggan. Smartfren, dengan kode saham FREN, adalah operator terbesar keempat dengan lebih dari 32 juta pelanggan. Penggabungan ini akan membentuk entitas baru bernama MergeCo, yang diharapkan bernilai US$3,45 miliar atau Rp55,65 triliun.
Beberapa waktu lalu, rencana merger dikabarkan sudah masuk dalam tahap evaluasi awal. Kedua grup sepakat untuk tetap menjadi pemegang saham pengendali MergeCo. Validasi penggabungan, uji tuntas, dan persiapan rencana bisnis bersama akan menjadi fokus utama selama tahap ini.
Manajemen XL Axiata mengungkapkan bahwa tujuan merger adalah untuk memperkuat layanan telekomunikasi di Indonesia dengan memanfaatkan skala, kompetensi, dan keahlian dari kedua perusahaan. Axiata percaya MergeCo akan memiliki kelincahan strategis dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen, bisnis, dan sektor publik di Indonesia.
Lantas, seperti apa perkembangan merger Smartfren XL Axiata ini? Simak artikel selengkapnya berikut ini sebagaimana dirangkum Olenka dari berbagai sumber, Senin (29/7/2024).
Baca Juga: Mengulik Wacana Merger XL Axiata dan Smartfren, Hasilkan Entitas Baru MergeCo
Mulai Memasuki Babak Baru
Juni 2024 lalu, proses merger PT XL Axiata Tbk. (EXCL) dan PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN) dikabarkan memasuki tahap baru, yakni tahap uji tuntas atau due diligence. Namun, belum ada kepastian mengenai entitas mana yang akan tetap terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Mengutip dari laman CNBC Indonesia, tahap uji tuntas ini biasanya menghabiskan waktu rata-rata tiga bulan atau bisa lebih cepat. Pada tahap ini, XL Axiata dan Smartfren dalam rencana mergernya melihat semua aspek. Mulai dari komersial finansial, hingga teknologi seperti menara dan spektrum.
Group Chief Financial Officer Axiata Nik Rizal Kamil menjelaskan, pihaknya secara paralel menyiapkan dokumen yang dibutuhkan. Bersamaan dengan proses due diligence, pihak XL Axiata dan Smartfren juga akan melakukan proses negosiasi untuk mempercepat proses merger.
Nik juga berharap, pemerintah kini sudah bersiap mengawal proses merger sehingga penggabungan antara XL Axiata dan Smarftren bisa berjalan lebih cepat.
“Seperti IOH 13-14 bulan untuk regulatory. Itu yang terbesar pertama, kita ini kasus yang kedua. Kita berharap regulasi lebih familier dengan apa yang perlu dilihat dan diketahui dan didiskusikan dengan kepentingan Axiata dan Sinarmas," tutur Nik.
Targetkan Proses Merger Rampung di Akhir 2024
Dengan sederet proses due diligence yang tengah dilakukan saat ini, Axiata Berhad Group menargetkan proses merger Smartfren dan XL Axiata ini rampung di akhir 2024.
CEO Axiata Group, Vivek Sood, menyampaikan optimisme Axiata mengenai proses penggabungan XL dan Smartfren. Sood mengungkap, proses merger memang memerlukan waktu agar kedua belah pihak dapat saling memahami calon mitra mereka.
"Kami masih harus membicarakan detail soal pihak terkait dalam hal struktur kerja, nilai, sinergi, dan lain-lain. Ini fase yang sedang dilalui, termasuk due diligence mempersiapkan struktur organisasi," kata Sood seperti dikutip dari laman The Star.
"Seiring dengan perkembangannya, kami semakin dekat untuk menandatangani perjanjian definitif atas transaksi tersebut. Kami akan memberikan informasi lebih rinci (dalam waktu dekat)," sambungnya.
Baca Juga: Rencana Merger XL Axiata dan Smartfren di Indonesia, MergeCo Siap Debut?
Hasil Merger Diproyeksi Akan Bernilai US$3,5 Miliar
Menukil dari laman Kompas, penggabungan XL Axiata dan Smartfren menjadi MergeCo dinilai dapat menghasilkan entitas senilai US$3,45 miliar (Rp55,65 triliun), dengan perkiraan pelanggan menyentuh angka 100 juta
Sebagai catatan, XL Axiata saat ini memiliki kapitalisasi pasar sebesar US$2,12 miliar atau setara Rp33,71 triliun. Sementara itu, kapitalisasi pasar Smartfren bernilai US$1,33 miliar atau setara Rp21,15 triliun.
Rencana penggabungan dua perusahaan telekomunikasi ini diperkirakan akan melibatkan kesepakatan tunai dan saham. Kesepakatan ini kemungkinan besar akan terjadi dalam beberapa bulan ke depan.
Penentuan Nama Entitas Baru
Adapun terkait nama entitas baru dari merger Smartfren dan XL Axiata belum ditentukan. Penentuan nama akan dibahas lebih lanjut setelah proses due diligence rampung dilakukan.
"Selepas due diligence kita akan lihat struktur macam mana dan apakah kami akan jadi perusahaan baru atau mungkin satu akan dimasukkan ke dalam satu perusahaan. Tetapi masih awal, jadi belum ditentukan lagi," ungkap Nik Rizal Kamil dalam agenda media briefing yang dilakukan Juni 2024.