Dato Sri Tahir dikenal sebagai pengusaha sukses dan kaya raya di Tanah Air. Ia merupakan pemilik dari salah satu konglomerasi terkemuka di Indonesia, yakni Mayapada Group.
Hingga kini, kerajaan bisnis Mayapada Group yang dirintis Tahir sejak 1986, terus beranak. Mayapada Group diketahui menjalankan sejumlah lini bisnis.
Bahkan dari deretan perusahaan yang bernaung di bawah Mayapada Group, beberapa di antaranya sudah berstatus terbuka dan sahamnya telah diperdagangkan ke publik.
Berdasarkan data Forbes, Tahir kini tercatat memiliki harta kekayaan US$5,1 miliar per Sabtu (22/6/2024). Dengan asumsi kurs JISDOR Rp16.458 per dolar AS, kekayaan keluarga Tahir itu menjadi sekitar Rp83,93 triliun. Nilai tersebut menempatkan dirinya sebagai orang terkaya ke-605 di dunia saat ini. Sedangkan, di Indonesia pria 72 tahun itu tercatat sebagai orang terkaya urutan ke-8 dan ke-626 dunia.
Berdasarkan arsip Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Tahir pun menjadi salah satu dari 50 pengusaha Tionghoa paling berhasil di luar negeri. Ia dianugerahi penghargaan Ernst & Young Entrepreneur of the Year Award pada 2011.
Dan, berikut Olenka ulas konglomerasi bisnis milik Dato Sri Tahir. Yuk, simak!
1. Bank Mayapada
Bank Mayapada bukanlah usaha satu-satunya perusahaan yang didirikan oleh Tahir. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa tulang punggung dari bisnis layanan finansial Mayapada Group adalah Mayapada Bank atau PT Bank Mayapada Internasional Tbk yang juga merupakan perusahaan yang tercatat di bursa efek Indonesia dengan kode emiten MAYA.
Bank tersebut kini memiliki setidaknya 217 cabang dengan target nasabah pemilik usaha kecil dan menengah yang dinilai akan mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Gak cuma itu, Tahir pun membangun bisnis pembiayaan dan asuransi melalui PT Topas Multifinance, PT Sompo Insurance Indonesia (Sompo), PT Zurich Insurance Indonesia (Zurich Insurance), PT Zurich Topas Life (Zurich Life).
Baca Juga: Wawancara Eksklusif: Variabel Penting Dalam Mencapai Kesuksesan dari Kacamata Dato Sri Tahir
2. Mayapada Hospital
Selain lini bisnis jasa keuangan berupa bank, Mayapada Group juga memiliki lini bisnis di sektor kesehatan yang sudah dimulai akhir tahun 2000-an melalui PT Sejahteraraya Anugrahjaya. Perusahaan ini bahkan sudah menjadi perusahaan terbuka dengan kode saham SRAJ.
Gak cuma itu, Tahir juga mendirikan PT Mayapada Healthcare Group, PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (pengelola RS Mayapada), PT Mayapada Clinic Pratama (Mayapada Clinic), PT Agave Biomedi Investama (Biomedilab).
Hingga saat ini, jaringan Mayapada Group dari unit rumah sakit terdiri dari Mayapada Hospital Tangerang, Mayapada Hospital Jakarta Selatan, BMC Mayapada Hospital Bogor, Mayapada Hospital Kuningan, Mayapada Hospital Surabaya, dan Mayapada Hospital Bandung.
Di tahun 2023 lalu, Mayapada Group pun dikabarkan akan membangun rumah sakit senilai Rp 500 miliar di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Kalimantan Timur. Tahir mengatakan, RS Mayapada akan menjadi salah satu rumah sakit yang pertama dibangun dan beroperasi di IKN, dan akan menjadi rumah sakit terbaik yang ada di Kalimantan.
3. Media
Pada 2018, Tahir melirik industri media elektronik di Tanah Air, membangun MyTV (Mayadapa TV), holding membawahi INTV (dulu Banten TV).
Selain itu, Tahir adalah pemilik Rajawali Televisi (RTV) dan Topas TV. Asal tahu saja, INTV merupakan jaringan televisi berbayar yang diakuisisi Mayapada Group, setelah mendirikan Topas TV (hingga 2020). Dan, Tahir adalah pemilik 20 persen saham RTV, berkolaborasi dengan Peter Sondakh. Dia juga pemilik My Mentor hingga 2020.
Coba-coba mengelola media cetak, Tahir mendirikan PT Intermedia Promosindo (Guo Ji Ri Bao), PT Wahana Mediatama (Forbes) dan PT Elia Mediatama Indonesia (Elle). Mayapada Group sempat memiliki Guo Ji Ri Bao, koran berbahasa Mandarin.
Baca Juga: Mengintip Kisah Dato Sri Tahir saat Muda
4. Ritel
Tahir juga memiliki perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata meliputi penjualan produk bebas bea, retail, tiket dan voucher hotel yakni PT Sona Topas Tourism Industry Tbk pada 1978. Kantor pusatnya di Mayapada Tower 2 Lantai 2, Jl Jenderal Sudirman Kav.27, Jakarta.
Namun kini, perusahaan itu lebih dikenal sebagai pengelola toko bebas bea atau duty free shop terkemuka di Indonesia daripada sebagai suatu biro perjalanan wisata. SONA bermitra dengan Duty Free Shopper (DFS) Indonesia pada akhir 1980-an. DFS sendiri merupakan anak perusahaan dari LVMH (Louis Vuitton Moet Hennessy).
5. Hotel dan Properti
PT Maha Properti Indonesia Tbk. (MPRO) adalah emiten properti milik Mayapada Group. Tahir juga punya PT Mayapada Properti Indonesia Tbk dan PT Precise Pacific Realty (Mayapada Tower) yang mengelola Mayapada Tower 1, Mayapada Tower 2.
Belum puas juga, Tahir membangun Menara Topas, Sona Topas Tower, Menara Gracia, Menara Mayapada Bandung, Mayapada Complex, The Khayangan, Taman Beverly. Selain itu, dia membangun Mayapada Banua Center yang namanya diganti William Tandiono Complex di Kalimantan Selatan (Kalsel).
Penggantian nama dilakukan Tahir untuk menggenang William Tandiono, menantunya yang meninggal pada 23 Juli 2023. Karya-karya properti Tahir bertebaran, mulai The Grand Banua, Sky Pavilion, Mayapada Office Tower, Regent Bali Hotel and Residence. Termasuk Fairmont Sanur Beach Bali, Mall Bali Galleria, Pusat Niaga Puri Agung, Simprung Signature.
Baca Juga: Pesan Bijak Dato Sri Tahir: Bekerjalah Berdasarkan Tanggung Jawab, Bukan Hobi
Empat Bisnis Dato Sri Tahir Melantai di Bursa
Sebagai informasi, ketiga lini bisnis Tahir, yakni Bank Mayapada, Mayapada Hospital, dan properti, merupakan perusahaan go public atau tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Bank Mayapada merupakan perusahaan kedua Keluarga Tahir yang go public pada tahun 1997. Ia diketahui memiliki 4,79 persen saham Bank Mayapada, dan dia menjabat sebagai Komisaris Utama perusahaan tersebut.
Sementara, Mayapada Hospital tercatat di BEI pada April 2011. Di bisnis ini, Tahir memiliki 0,02 persen saham di RS Mayapada, namun, belum lama ini Tahir memutuskan untuk mundur dari kursi Wakil Komisaris Utama Rumah Sakit (RS) Mayapada, PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk. (SRAJ). Dengan demikian, maka susunan komisaris SRAJ terdiri dari Jonathan Tahir, yang tak lain adalah putra bungsu Dato Sri Tahir, sebagai komisaris utama. Selanjutnya, Daniel Tjen dan Raden Agung Laksono menjabat sebagai komisaris, serta Melanie Hendriaty Sadono Djamil dan Antonius Indrajana sebagai komisaris independen.
Keluarga Tahir juga memiliki usaha properti lewat MPRO yang listing di BEI pada Oktober 2018. Bisnis pariwisata SONA juga tercatat di BEI, yakni pada Juli 1992. Perusahaan tersebut di Bursa Efek Indonesia dengan mencatatkan 11.500.000 sahamnya. Saat ini, saham Perseroan yang diperdagangkan di BEI berjumlah 331.200.000 saham.
Nah Growthmates, gak cuma membangun bisnis berorientasi cuan semata, Tahir juga diketahui mendirikan sebuah organisasi nirlaba bernama Tahir Foundation. Yayasan ini memiliki misi untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat Indonesia dengan menyediakan pelayanan kesehatan dan pendidikan yang memadai.
Pada 2020 silam, yayasan ini menyalurkan bantuan senilai Rp 52 miliar kepada empat provinsi di pulau Jawa untuk melawan virus Covid-19. Melalui yayasan tersebut juga, ia telah memberikan beasiswa pendidikan kepada ribuan anak muda Indonesia yang berbakat dan kurang mampu.
Itulah beberapa perusahaan yang dimiliki oleh Dato Sri Tahir, mencakup berbagai sektor mulai dari kesehatan hingga pariwisata, yang telah berkontribusi pada kekayaannya yang mengesankan. Semoga menginspirasi, ya!