4. Ritel

Tahir juga memiliki perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata meliputi penjualan produk bebas bea, retail, tiket dan voucher hotel yakni PT Sona Topas Tourism Industry Tbk pada 1978. Kantor pusatnya di Mayapada Tower 2 Lantai 2, Jl Jenderal Sudirman Kav.27, Jakarta.

Namun kini, perusahaan itu lebih dikenal sebagai pengelola toko bebas bea atau duty free shop  terkemuka di Indonesia daripada sebagai suatu biro perjalanan wisata. SONA bermitra dengan Duty Free Shopper (DFS) Indonesia pada akhir 1980-an. DFS sendiri merupakan anak perusahaan dari LVMH (Louis Vuitton Moet Hennessy).  

5. Hotel dan Properti

PT Maha Properti Indonesia Tbk. (MPRO) adalah emiten properti milik Mayapada Group. Tahir juga punya PT Mayapada Properti Indonesia Tbk dan PT Precise Pacific Realty (Mayapada Tower) yang mengelola Mayapada Tower 1, Mayapada Tower 2.

Belum puas juga, Tahir membangun Menara Topas, Sona Topas Tower, Menara Gracia, Menara Mayapada Bandung, Mayapada Complex, The Khayangan, Taman Beverly. Selain itu, dia membangun Mayapada Banua Center yang namanya diganti William Tandiono Complex di Kalimantan Selatan (Kalsel).

Penggantian nama dilakukan Tahir untuk menggenang William Tandiono, menantunya yang meninggal pada 23 Juli 2023. Karya-karya properti Tahir bertebaran, mulai The Grand Banua, Sky Pavilion, Mayapada Office Tower, Regent Bali Hotel and Residence. Termasuk Fairmont Sanur Beach Bali, Mall Bali Galleria, Pusat Niaga Puri Agung, Simprung Signature.

Baca Juga: Pesan Bijak Dato Sri Tahir: Bekerjalah Berdasarkan Tanggung Jawab, Bukan Hobi

Empat Bisnis Dato Sri Tahir Melantai di Bursa

Sebagai informasi, ketiga lini bisnis Tahir, yakni Bank Mayapada, Mayapada Hospital, dan properti, merupakan perusahaan go public atau tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). 

Bank Mayapada merupakan perusahaan kedua Keluarga Tahir yang go public pada tahun 1997. Ia diketahui memiliki 4,79 persen saham Bank Mayapada, dan dia menjabat sebagai Komisaris Utama perusahaan tersebut.

Sementara, Mayapada Hospital tercatat di BEI pada April 2011. Di bisnis ini, Tahir memiliki 0,02 persen saham di RS Mayapada, namun, belum lama ini Tahir memutuskan untuk mundur dari kursi Wakil Komisaris Utama Rumah Sakit (RS) Mayapada, PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk. (SRAJ). Dengan demikian, maka susunan komisaris SRAJ terdiri dari Jonathan Tahir, yang tak lain adalah putra bungsu Dato Sri Tahir, sebagai komisaris utama. Selanjutnya, Daniel Tjen dan Raden Agung Laksono menjabat sebagai komisaris, serta Melanie Hendriaty Sadono Djamil dan Antonius Indrajana sebagai komisaris independen.

Keluarga Tahir juga memiliki usaha properti lewat MPRO yang listing di BEI pada Oktober 2018. Bisnis pariwisata SONA juga tercatat di BEI, yakni pada Juli 1992. Perusahaan tersebut di Bursa Efek Indonesia dengan mencatatkan 11.500.000 sahamnya. Saat ini, saham Perseroan yang diperdagangkan di BEI berjumlah 331.200.000 saham.

Nah Growthmates, gak cuma membangun bisnis berorientasi cuan semata, Tahir juga diketahui mendirikan sebuah organisasi nirlaba bernama Tahir Foundation. Yayasan ini memiliki misi untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat Indonesia dengan menyediakan pelayanan kesehatan dan pendidikan yang memadai. 

Pada 2020 silam, yayasan ini menyalurkan bantuan senilai Rp 52 miliar kepada empat provinsi di pulau Jawa untuk melawan virus Covid-19. Melalui yayasan tersebut juga, ia telah memberikan beasiswa pendidikan kepada ribuan anak muda Indonesia yang berbakat dan kurang mampu. 

Itulah beberapa perusahaan yang dimiliki oleh Dato Sri Tahir, mencakup berbagai sektor mulai dari kesehatan hingga pariwisata, yang telah berkontribusi pada kekayaannya yang mengesankan. Semoga menginspirasi, ya!