Ir. Theresia Widia Soerjaningsih, MM., Ph.D. adalah sosok perempuan Indonesia yang namanya tak bisa dilepaskan dari sejarah lahir dan berkembangnya Universitas Bina Nusantara (Binus University).

Sebagai pelopor sekaligus Rektor pertama, kiprahnya menempatkan Binus sebagai salah satu universitas swasta paling bergengsi di Indonesia, dengan reputasi yang terus bergaung hingga kancah internasional.

Kisah hidup Theresia Widia Soerjaningsih menjadi bukti nyata bahwa tekad, keberanian, dan visi besar mampu melahirkan karya monumental. Dari bimbingan belajar sederhana di teras rumah, lahirlah sebuah institusi pendidikan tinggi yang berpengaruh besar bagi generasi muda.

Dan, dikutip dari berbagai sumber, Jumat (3/10/2025), berikut Olenka ulas profil singkat sosok inspiratif Theresia Widia Soerjaningsih.

Latar Belakang Keluarga dan Masa Kecil

Dikutip dari Wikipedia, Theresia Widia Soerjaningsih lahir di Malang, Jawa Timur pada 19 Oktober 1950. Ia merupakan anak ketiga dari enam bersaudara, putri pasangan Joseph Wibowo Hadipuspito dan Cicilia Setianingsih.

Sejak kecil, perempuan yang akrab disapa Widia ini dikenal memiliki semangat belajar yang tinggi. Awalnya, ia bercita-cita menjadi dokter, lalu sempat tertarik menjadi pramugari, sebelum akhirnya menempuh pendidikan di Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Trisakti, Jakarta.

Dalam perjalanan hidupnya, Theresia membangun keluarga bersama suaminya, Eko Atmo Boedi Santoso, dan dikaruniai tiga anak, yakni Stephen Wahyudi Santoso, BSE, M.SIST, Francis Budiraharja Santoso, dan Patrice Damayanti Santoso.

Widia juga dikenal dekat dengan saudara-saudaranya, antara lain Ir. Bernard Gunawan Hadipuspito dan Carmelus, yang kelak turut aktif dalam pengembangan Binus.

Perjuangan Awal dan Cikal Bakal Binus

Perjalanan mendirikan Binus bermula dari kesulitan ekonomi yang dialami Widia semasa kuliah.

Dikutip dari Wikipedia, karena bisnis keluarganya menerima pembayaran dengan cek kosong, mereka pun berinisiatif membuka bimbingan belajar sederhana di rumah kos di Grogol. Di sana, Widia mengajar fisika dan matematika, sementara kakaknya mengajar kimia dan biologi, sementara satu saudara lain mengurus pemasaran.

Bimbingan belajar tersebut kemudian berkembang pesat, hingga akhirnya, bersama sang ayah Joseph Wibowo Hadipoespito, usaha kecil itu menjelma menjadi Modern Computer Course pada tahun 1974. Inilah yang menjadi cikal bakal Universitas Bina Nusantara.

Seiring perkembangannya, Modern Computer Course yang digagas Widia dan sang Ayah bertransformasi menjadi Akademi Teknik Komputer (ATK) dengan jurusan Manajemen Informatika dan Teknologi Informasi.

Kemudian pada tahun 1996, resmi berdiri Universitas Bina Nusantara (Binus University) dengan Theresia Widia Soerjaningsih sebagai rektor pertamanya. Dikutip dari Inews, nama Bina Nusantara sendiri diberikan oleh Rudy Poerwana, yang berarti Membangun Nusantara.

Dan, dikutip dari laman resmi Binus University, perjuangan Widia yang dimulai dari teras rumah akhirnya membuahkan hasil. Binus kini dikenal sebagai salah satu universitas terbaik di Asia. Universitas ini melahirkan banyak alumni berprestasi di berbagai bidang, termasuk tokoh besar seperti William Tanuwijaya, pendiri Tokopedia.

Baca Juga: Mengenal Sukamdani Sahid Gitosardjono, Sosok di Balik Lahirnya Sahid Group

Kiprah Akademik dan Penghargaan

Widia memiliki latar belakang pendidikan yang kuat. Setelah menyelesaikan studi sarjana di Universitas Trisakti, ia melanjutkan Magister Manajemen di Universitas Indonesia, kemudian meraih gelar doktor (Ph.D.) dari Curtin University of Technology, Perth, Australia.

Kiprah dan dedikasinya dalam dunia akademik dan bisnis diakui secara luas. Pada tahun 2002, ia dianugerahi penghargaan Famous Business Woman dari Majalah SWA dan MarkPlus, sebuah pengakuan prestisius atas kontribusinya sebagai pemimpin perempuan visioner.

Warisan dan Inspirasi

Kepergian Theresia Widia Soerjaningsih pada 24 Desember 2004 meninggalkan duka mendalam.

Dikutip dari SWA, sempat muncul kekhawatiran bahwa kejayaan Binus akan meredup seiring kepergiannya. Namun, putranya Stephen W. Santoso dipanggil pulang dari Amerika untuk melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan.

“Kepergian ibu saya memang bisa dikatakan mendadak. Beliau sakit hanya dalam kurun waktu tiga bulan. Kami semua tidak ada yang mengira ibu sebegitu cepatnya meninggalkan kami,” tutur Stephen.

Namun, dengan dukungan para profesional dan keluarga, termasuk Bernard dan Carmelus, Stephen berhasil menjaga sekaligus mengembangkan Binus hingga tetap berkibar sebagai salah satu perguruan tinggi swasta terbaik di Indonesia.

Kini, Stephen pun masih menjabat sebagai President of Binus Higher Education, sementara Bernard Gunawan memimpin sebagai CEO of Bina Nusantara Group.

Nah Growthmates, Widia bukan hanya seorang akademisi dan pemimpin bisnis, tetapi juga seorang ibu, istri, dan putri bangsa yang mampu menyeimbangkan peran keluarga dengan kontribusi publik.

Warisannya terus hidup dalam semangat ribuan mahasiswa, alumni, dan komunitas BINUSIAN yang tersebar di seluruh dunia. Semoga kisahnya menginspirasimu, ya!

Baca Juga: Mengenal Adrianto P. Adhi, Sosok di Balik Kiprah Besar Summarecon