William Soeryadjaya atau Tjia Kian Liong merupakan tokoh nasional yang dikenal akan sumbangsihnya pada perkembangan industri otomotif di Indonesia. Pria kelahiran Majalengka pada 20 Desember 1922 ini berhasil membangun perusahaan Astra International pada tahun 1957 bersama adiknya bernama Tjia Kian Tie dan seorang teman bernama Lim Peng Hong. Sosok yang dikenang sebagai raja otomotif Tanah Air ini berpulang pada 2 April 2010.

Sosok Pantang Menyerah

Mengutip dari berbagai sumber, perjalanan William membangun Astra tidaklah mudah. Dia bahkan sempat mendekam di penjara akibat adanya perselisihan dengan mitra bisnisnya. Pada tahun 1950-an, sebelum membangun Astra, dia harus mendekam di Penjara Banceuy lantaran bersengketa dengan mitra usahanya. Ia disebut dipidanakan oleh orang tersebut demi merampas perusahaan besutan mereka yang sudah mulai mapan.

Baca Juga: Mengenal Sosok Bos Jababeka: Setyono Djuandi Darmono

Di saat itulah, sang istri, Lily Soeryadjaya, berjuang terus-menerus membuktikan bahwa suaminya tidak bersalah dan diperbolehkan pulang. Perjuangan tersebut berhasil hingga akhirnya William Soeryadjaya bisa menghirup udara bebas.

Tidak patah semangat, bersama adiknya yang bernama Tjia Kian Tie dan teman sekolah adiknya, Lim Peng Hong, Wiliam membeli perusahaan kecil berbasis ekspor-impor yang sudah tak aktif di Jalan Sabang No. 36 A, Jakarta. Mereka memutuskan mengganti nama perusahaan tersebut dengan nama Astra, diambil dari mitologi Yunani berarti dewi terakhir yang terbang ke langit dan menjadi bintang terang.

Dikenal sebagai pengusaha yang visioner, William menambahkan kata 'International' sebagai wujud mimpinya agar perusahaan tersebut bisa berkiprah secara global. Padahal, saat itu perusahaannya baru memiliki beberapa karyawan saja.

"Padahal karyawannya baru empat orang, terletak di sebuah toko yang sempit, yang kadang kebanjiran bila musim hujan," jelas buku Man of Honor Kehidupan, Semangat dan dan Kearifan William Soeryadjaya.

Perjalanan Astra

Astra resmi berdiri pada 20 Februari 1957 yang awalnya bergerak di sektor kebutuhan rumah tangga. Saat memutuskan masuk ke industri otomotif Tanah Air, jalan William tidaklah mulus. Tawaran untuk melakukan joint venture kepada prinsipal global banyak mengalami penolakan seperti Nissan, Chevrolet. Penolakan itu sempat membuat William pasrah.

Namun, pada tahun 1968, Astra menjadi agen General Motor yang berhasil memasukkan 800 truk Chevrolet ke Indonesia. Jalan Astra menjadi pemimpin di industri otomotif Indonesia mulai terbuka ketika pada tahun 1969, rombongan eksekutif dari Toyota Motor Company datang ke Jakarta guna mencari mitra bisnis untuk joint venture sebagai agen tunggal pemegang merek (ATPM). Astra terpilih sebagai mitranya di Indonesia pada Juli 1969. Atas keberhasilan ini, Astra mulai memasarkan merek-merek lain seperti Honda, Isuzu, hingga Daihatsu.

Di tahun 1970-an, William lewat Astra diakui sebagai pionir pengembang kendaraan bermotor niaga sederhana (KBNS) yang sedang digencarkan Pemerintah Indonesia. Dari sekitar lima merek KBNS yang muncul pada pertengahan dasawarsa 1970-an, hanya Toyota Kijang hasil produksi Astra yang mampu bertahan dan berkembang.

Tepatnya pada tahun 1977, Astra International bersama Toyota Motor Corp membangun mobil dengan DNA dari Indonesia berupa Toyota Kijang. Diperkenalkan pertama kali pada 9 Juni 1977, Toyota Kijang menjadi mobil andalan masyarakat Indonesia. Dalam waktu enam bulan sejak diperkenalkan, lebih dari 1.000 unit Toyota Kijang telah diproduksi. Dari sisi penjualan, dari angka 200 unit per bulan, penjualan Toyota Kijang terus meningkat hingga melewati angka 8.000 unit per bulan pada 2004. Toyota Kijang bahkan menjadi produk global dengan nama Innova.

Dari situ, Astra terus berkembang hingga merambah ke usaha di sektor lain, seperti perkebunan, properti, asuransi, hingga perbankan. Pada 1990, PT Astra International Tbk resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode saham ASII.