Soedarpo Sastrosatomo merupakan pengusaha Indonesia yang dijuluki “Raja Kapal” Indonesia berkat kesuksesannya membangun perusahaan logistik pelayaran bernama PT Samudera Indonesia. Hebatnya, sebelum menjadi pengusaha, dia mampu mengharumkan namanya dalam dunia politik Indonesia sebagai salah satu aktivis perjuangan yang menyukseskan serangkaian agenda politik Tanah Air.
Anak Jawa yang Lahir di Tanah Sumatera
Soedarpo Sastrosatomo lahir di Pangkal Susu, Langkat, Sumatera Utara, pada 30 Juni 1920. Dia merupakan anak dari Mas Sadeli Sastrosatomo dan Rd. Ngt Sarminah asal Klaten, Jawa Tengah. Ayahnya yang bekerja sebagai petugas jawatan garam dan candu di kawasan Sumatera meninggal dunia di tahun 1929 ketika usia Soedarpo berusia 9 tahun.
Baca Juga: Mengenal Sosok Otto Toto Sugiri, Arsitek di Balik Infrastruktur Digital Indonesia
Kembali ke Klaten, ia kemudian mengenyam pendidikan MULO dan AMS di Yogyakarta. Ia sempat bermimpi jadi insinyur sebelum berubah ketika pergi ke rumah kakaknya yang menjadi dokter di Majalengka, Jawa Barat. Pria yang akrab disapa Darpo itu kagum dengan profesi sang kakak sehingga akhirnya masuk Ika Daigaku (Fakultas Kedokteran UI pada masa pendudukan Jepang) di tahun 1940.
Masa-masa Pergerakan
Berdasarkan catatan wartawan senior Rosihan Anwar, Darpo sudah aktif menyuarakan aspirasinya sejak di bangkh kuliah. Dia bersama sejumlah rekannya ikut menentang kebijakan penggundulan kepala para mahasiswa. Alhasil, Soedarpo Sastrosatomo termasuk ke dalam kelompok mahasiswa yang disekap Kenpeitai Jepang, lalu dikeluarkan dari sekolah kedokteran.
Bersama Soebadio Sastrosatomo dan Soedjatmoko, Soedarpo masuk ke dalam jajaran the Sjahrir boys, pemuda-pemuda yang membantu PM Sjahrir yang memimpin pemerintah 14 November 1945. Mereka berhasil menyelesaikan tugas untuk menjemput Bung Karno di Sukabumi agar serah terima kabinet bisa dilaksanakan. Mereka juga berhasil menemui Sultan Hamengku Buwono IX agar mulai 4 Januari 1946, Kota Yogyakarta jadi tempat kediaman Presiden dan Wapres RI.
Lebih dari itu, Soedarpo merupakan kurir yang membawa pesan PM Sjahrir kepada Presiden Soekarno yang saat itu di Malang. Bisa dikatakan, dia salah satu agen penting dalam kesuksesan Perjanjian Linggarjati yang berlangsung pada November 1946. Kala itu, pesan PM Sjahrir adalah meminta Presiden Soekarno datang bersama Wapres Hatta untuk menunjukkan posisi politik Indonesia kepada internasional.
Pria yang menikahi Minarsih Wiranatakusuma pada 28 Maret 1947 ini lantas ditunjuk sebagai atase pers di Kedutaan Besar RI di Washington pada tahun 1950-1952.
Terjun ke Dunia Bisnis
Saat bertugas di Amerika, Soedarpo Sastrosatomo telan menganalisis sektor bisnis potensial yang bisa dikembangkan. Dia akhirnya menjalankan usaha keagenan pelayaran sejak tahun 1950-an. Perusahaannya yang bernama PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR) pada tahun 1964. Perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha logistik dan kargo ini melakukan penawaran saham perdana (IPO) pada Juli 1999.
Mengutip syariahsaham.id, SMDR memiliki lima lini bisnis: Samudera Shipping, Samudera Logistics, Samudera Ports, Samudera Property, dan Samudera Services. Perusahaan ini memiliki lebih dari 4.000 karyawan, 40 anak perusahaan, dan kantor di beberapa wilayah di Indonesia dan Asia. Beberapa anak usaha yang dimiliki, di antaranya, adalah PT Samudera Shipping Services, PT Samudera Amanah Tanker, PT Silkargo Indonesia, PT Samudera Pacific Maju, dan PT Samudera Perdana Selaras.
Soedarpo Sastrosatomo meninggal dunia pada Senin, 22 Oktober 2007 di usia 87 tahun. Menurut sahabatnya, Rosihan Anwar, apa yang dipikirkan Soedarpo di saat-saat terakhirnya adalah nasib rakyat yang terus sengsara, soal daulat rakyat yang perlu terus ditegakkan, serta soal pemimpin yang tidak bertanggung jawab.