Belum lama ini, kabar duka datang dari dunia bisnis Indonesia. Joseph Harjo Sutanto, sosok legendaris dan salah satu pendiri Wings Group, tutup usia pada 10 September 2025 dalam usia 102 tahun.
Dikenal sebagai miliarder tertua di Indonesia, Harjo meninggalkan jejak panjang sebagai pionir industri barang konsumsi yang tumbuh dari pabrik sabun rumahan hingga menjadi konglomerasi besar yang produknya akrab di setiap rumah tangga.
Kepergian Harjo menjadi kehilangan besar bagi dunia usaha nasional. Bersama sahabat sekaligus mitranya, Johannes Ferdinand Katuari, ia membangun Wings Group dari semangat kerja keras dan visi untuk menghadirkan produk berkualitas bagi semua kalangan.
Dikutip dari berbagai sumber, Selasa (4/11/2025), berikut ulasan Olenka mengenai profil, perjalanan hidup, dan kiprah Harjo Sutanto selengkapnya.
Latar Belakang Keluarga
Dikutip dari Kontan, Harjo Sutanto yang memiliki nama lahir Joseph Harjo Sutanto (Tan Siek Miauw), lahir di Tulungagung, Jawa Timur, pada 10 Maret 1923. Ia dikenal sebagai sosok yang sederhana, pekerja keras, dan berjiwa wirausaha sejak muda.
Ia menikah dengan Yenny Lilian dan dikaruniai empat anak, yaitu Hanny Sutanto, Silvana Sutanto, Lanny Sutanto, dan Fifi Sutanto.
Putrinya, Silvana, telah lebih dahulu berpulang pada 2016. Dikutip dari Inilah, Silvana dikenal sebagai direktur di sejumlah perusahaan investasi dan kesehatan di Singapura.
Keturunan Harjo kini meneruskan kiprah bisnis keluarga. Hanny Sutanto, putra sulungnya, menggandeng Grup Djarum untuk mengembangkan bisnis perkebunan tebu yang mulai berproduksi sejak 2021, dikutip dari Bisnis.com.
Sementara itu, Fifi Sutanto memimpin perusahaan Ecogreen, salah satu pilar bisnis oleokimia Wings Group yang kini beroperasi hingga Jerman dan Prancis.
Dari anak-anaknya ini, Harjo dikaruniai sembilan cucu dan lima cicit. Selain itu, ia juga memiliki 17 keponakan, termasuk Suzanna Tanojo, sosok penting di balik Grup Victoria.
Dari Sabun Rumahan ke Raksasa Industri
Dikutip dari CNN Indonesia, perjalanan bisnis Harjo Sutanto dimulai pada 1948, ketika ia memutuskan meninggalkan kampung halaman di Tulungagung menuju Surabaya.
Bersama sahabatnya, Johannes Ferdinand Katuari, Harjo mendirikan pabrik sabun sederhana bernama Fa Wings. Nama ‘Fa’ diambil dari frasa Tionghoa ‘fa thong fat’, yang berarti sukses dan makmur bersama.
Dengan ditemani 6 karyawan, mereka memproduksi sabun batang dan sabun colek yang dijual langsung dari rumah ke rumah menggunakan sepeda. Strategi sederhana ini menjadi pondasi awal kesuksesan Wings. Produk-produk mereka cepat populer karena berkualitas dan terjangkau bagi masyarakat.
Kesuksesan Fa Wings terus menanjak. Tahun 1971, mereka meluncurkan sabun krim Wings Ekonomi, yang menjadi produk andalan rumah tangga Indonesia.Tiga tahun kemudian, mereka membuka kantor pemasaran di Jakarta dan mendirikan PT Sayap Mas Utama pada 1976 untuk memperluas produksi dan distribusi.
Memasuki era 1980-an, Wings melakukan ekspansi besar-besaran. Merek-merek legendaris seperti So Klin, Giv, Daia, dan Nuvo mulai diproduksi. Pada 1981, perusahaan berkolaborasi dengan Lion Corporation dari Jepang, melahirkan joint venture PT Lion Wings dengan produk-produk andalan seperti Ciptadent, Systema, Kodomo, hingga Zinc dan Emeron.
Pada 1991, nama perusahaan resmi berubah menjadi PT Wings Surya, menandai era baru pertumbuhan yang lebih modern.
Wings juga mulai mengembangkan bisnis bahan baku dengan membeli perusahaan perkebunan dan industri oleokimia, seperti PT Damit Mitra Sekawan dan PT Gawi Makmur, demi menjaga pasokan bahan mentah sabun dari kelapa sawit.
Baca Juga: The Ning King Tutup Usia, Ini Jejak Panjang Sang Visioner di Balik Argo Manunggal dan Alam Sutera