Tercetus Ide Mulai Berbisnis

Setelah berkarier di berbagai perusahaan, Cynthia akhirnya memutuskan untuk merintis usaha pada 2012. Awalnya, ia sempat bimbang menentukan industri yang ingin digeluti. Namun, sebuah tren di Jepang tentang food e-commerce menarik perhatiannya. Dari sana, ia mulai melihat peluang di bisnis kuliner.  

Bukan sekadar ikut-ikutan, Cynthia mempersempit fokusnya ke bisnis katering online. Ide itu lahir dari pengalamannya sendiri sebagai karyawan yang sering mendapat jatah makan siang di kantor. Bagi sebagian orang, fasilitas ini tentu menguntungkan. Namun, sering kali menu yang disediakan kurang cocok di lidah.  

Dari keresahan itu, Cynthia mulai mencari katering yang memungkinkan pelanggan memilih menu sendiri dan mengantarkannya langsung ke kantor. Sayangnya, saat itu di Jakarta belum ada layanan semacam ini. Melihat celah yang belum terisi, Cynthia pun berani mengambil langkah besar, yakni merintis bisnis katering online yang lebih fleksibel dan sesuai kebutuhan pelanggan.

Baca Juga: Sosok dan Perjalanan Karier Gratiana Lianto, Food Vlogger Hits Hobi Hunting Jajanan Kaki Lima

Mulai Merintis Berry Kitchen

Meski tidak memiliki pengalaman mumpuni di bidang kuliner dan latar belakang sebagai pebisnis, Cynthia dengan tekad bulat dan bermodalkan tabungannya pun merintis bisnis katering online pada 2012 yang diberi nama, Berry Kitchen.

Tidak bisa memasak, menjadi tantangan besar bagi Cynthia saat merintis Berry Kitchen. Beruntungnya, Cynthia dikelilingi banyak orang berbakat yang bisa diandalkannya untuk turut membangun bisnis katering onlinenya saat itu.

Cynthia sempat berdiskusi dengan beberapa teman dan mencari solusi terbaik. Dari lima hingga sepuluh orang yang diajak berdiskusi, ia akhirnya menggandeng seorang chef sebagai partner. Baginya, keberadaan chef adalah hal yang wajib, karena bisnis katering tidak hanya soal konsep dan strategi, tetapi juga soal rasa dan kualitas makanan yang disajikan.

Namun, perjalanan Cynthia dalam membangun Berry Kitchen tidak selalu mulus. Tantangan lainya adalah meyakinkan chef untuk bergabung dengan mereka. Meski sempat mengalami kesulitan, akhirnya ia berhasil membentuk tim yang solid dan mengembangkan bisnisnya.

Dengan menghadirkan 15 hingga 20 menu baru setiap harinya, Berry Kitchen mampu menarik banyak pelanggan. Dari tahun 2012 hingga 2015, layanan katering online ini mengklaim telah mengantarkan 245 ribu kotak makan untuk 7 ribu pelanggan. Kesuksesan ini pun berbuah manis. Dalam sehari, Berry Kitchen bisa meraup omzet hingga Rp60 juta, dengan total pendapatan mencapai Rp16 miliar dalam kurun waktu tiga tahun.

Di samping omzet miliaran yang berhasil didapatkan, salah satu kunci sukses Cynthia dalam membangun Berry Kitchen adalah menanamkan budaya kerja yang mengutamakan kejujuran. Ia ingin setiap karyawannya bekerja dengan transparan dan bertanggung jawab, tanpa mencari celah untuk berbohong. 

Terinspirasi dari pengalamannya di perusahaan lama, Cynthia menerapkan sistem Surat Peringatan (SP) bagi karyawan yang tidak jujur, agar lingkungan kerja tetap profesional dan produktif.