Gagal Jadi Dokter
Imam Santoso pernah bercita-cita menjadi seorang dokter. Impian itu tumbuh sejak kecil, ketika ia melihat ibunya kesulitan berobat karena jarak yang jauh. Demi mewujudkan cita-citanya, ia pun mencoba masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair). Namun, kenyataan berkata lain, ia harus menerima penolakan dari kampus tersebut.
Penolakan itu sempat membuatnya merasa malu. Imam bahkan diungsikan ke rumah pamannya di Trenggalek agar terhindar dari omongan tetangga.
“Sambil jualan kaca, jualan paku di Trenggalek uangnya dikumpulin buat daftar beli formulir SPMB lagi," ceritanya.
Meski sempat gagal meraih impian menjadi dokter, semangat Imam untuk menempuh pendidikan tinggi tidak pernah padam. Justru dari pengalaman itu, arah cita-citanya perlahan berubah.
Inspirasi datang dari sosok satpam perusahaan tambang yang tak lain adalah tetangganya sendiri. Imam melihat anak satpam tersebut mampu bersekolah dengan baik dan meraih nilai sempurna. Pemandangan sederhana itu justru memotivasi dirinya untuk terus berjuang mencari jalan agar bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
“Saya langsung berpikir, "apakah saya harus pindah ke jurusan tambang saja ya? Kok mereka jadi tajir-tajir?",” kata dosen Prodi Teknik Metalurgi, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan di Institut Teknologi Bandung (ITB) itu.
Berhasil Masuk ITB
Setelah sempat gap year dan ditolak menjadi mahasiswa kedokteran, Imam akhirnya diterima kuliah di ITB, Program Studi Teknik Metalurgi. Namun, perjuangannya belum berakhir. Hidup di Bandung membuatnya harus berjuang keras untuk tetap bisa kuliah, salah satunya dengan berburu berbagai beasiswa.
Usahanya tidak sia-sia. Imam berhasil mendapatkan banyak dukungan, mulai dari beasiswa perusahaan minyak, Bank BRI, hingga beasiswa Supersemar. Setiap kesempatan itu ia manfaatkan sebaik mungkin, hingga akhirnya berhasil menuntaskan studi dengan hasil gemilang dan lulus dengan predikat terbaik.
“Kita harus proaktif mencari beasiswa karena memang banyak sekali kesempatan. Tapi kita juga harus memantaskan diri untuk mendapatkannya. Saya dulu rajin mencari info beasiswa, baik di dalam maupun luar negeri,” tuturnya.