Dengan berkembangnya teknologi dan kecepatan internet, seseorang akan sangat mudah mengakses dan mengetahui peristiwa baru yang terjadi di media sosial. Akan tetapi, hal ini juga mendorong manusia modern menjadi konsumtif dengan membeli barang secara implusif. Tak heran, doom spending menjadi tren di kalangan generasi muda yang marak di media sosial.
Tren ini memiliki dampak yang buruk terhadap kesehatan finansial jangka panjang. Apa itu doom spending? Apa penyebab fenomena ini terjadi?
Apa itu Doom Spending?
Doom spending merupakan perilaku seseorang yang membelanjakan uang tanpa berpikir panjang. Umumnya hal ini disebabkan oleh adanya kekhawatiran atau ketakutan atas kondisi ekonomi yang tidak pasti. Beberapa individu melakukan doom spending sebagai upaya menenangkan dirinya dari kekhawatiran dan stress terhadap kondisi ekonomi.
Baca Juga: Optimisme Ignasius Jonan pada Generasi Muda: Anda Punya Banyak Kesempatan
Fenomena ini berbeda dengan self-reward. Self-reward sendiri merupakan bentuk pemberian atau penghargaan kepada diri sendiri setelah mencapai suatu tujuan tertentu. Self-reward merupakan sebuah penghargaan karena telah mencapai tujuan tertentu, sementara doom spending merupakan tindakan membelanjakan sesuatu secara impulsif karena adanya kekhawatiran.
Faktor Penyebab Doom Spending
Tren ini muncul sebagai reaksi stress, terutama atas situasi perekonomian seseorang. Dilansir dari Euro News, fenomena ini terjadi ketika orang-orang mengeluarkan atau menggunakan uang mereka pada hal-hal yang berlebihan.
Umumnya, seseorang yang mengalami fenomena ini sering kali merasa tidak ada gunanya untuk menabung karena akan sulit mencapai target keuangan mereka. Mereka menganggap lebih baik hidup di masa sekarang dibanding menyiapkan tabungan untuk hal yang tidak pasti. Hal ini menyebabkan beberapa individu menggunakan belanja sebagai pelarian masalah emosional mereka. Dengan berbelanja, mereka akan mendapat kepuasan dan pengalihan sementara dari masalah emosional yang mereka hadapi.
Adanya promo dan diskon besar-besaran yang ditawarkan platform e-commerce memiliki kontribusi pada perilaku doom spending. Dengan segala kemudahan dan kecepatan internet, seseorang akan memiliki kecenderungan untuk terus berbelanja tanpa mempertimbangkan dengan bijak. Gaya hidup konsumtif pada generasi muda membuat mereka ingin memiliki barang-barang terkini yang menciptakan tekanan untuk terus berbelanja.
Faktor lain yang memperkuat doom spending di kalangan Gen Z dan sebagian milenial adalah adanya pengaruh dari media sosial. Hal-hal yang ditampilkan di platform sosial media membuat individu terdorong untuk mengikuti tren tersebut. Selain itu, adanya fenomena fear of missing out (FOMO) atau ketakutan tren membuat dorongan untuk membeli barang-barang yang sedang tren tanpa mempertimbangkan kondisi keuangan.
Bagaimana solusinya?
Langkah awal untuk mengatasi doom spending adalah membangun kesadaran tentang kondisi keuangan pribadi. Misalnya, menyusun anggaran bulanan, mencatat pengeluaran, dan mengatur skala prioritas. Menyisihkan sebagian uang untuk ditabung akan membantu menjaga keseimbangan keuangan.
Lakukan jeda waktu sebelum membeli barang, terlebih jika memiliki dorongan membeli barang setelah melihat di sosial media. Hal ini akan membantu mengevaluasi untuk mengetahui apakah pembelian tersebut perlu dilakukan.