Jika berbicara tentang dokter spesialis jantung dan pembuluh darah yang piawai menangani kasus-kasus kompleks intervensi kardiologi, nama Dr. dr. Faris Basalamah, Sp.JP(K), FIHA,FAPSIC, FAsCC patut diperhitungkan.

Dengan pengalaman lebih dari dua dekade, pria kelahiran 1 April 1973 ini dikenal bukan hanya ahli dalam intervensi kardiologi dan elektrofisiologi, tetapi juga aktif sebagai pendidik, peneliti, sekaligus pemimpin di Heartology Cardiovascular Hospital.

Dedikasinya menempatkan dia sebagai salah satu figur penting dalam upaya meningkatkan kualitas layanan kesehatan jantung di Indonesia.

Untuk mengetahui sosoknya lebih lanjut, berikut Olenka ulas profil singkat Dr. dr. Faris Basalamah, Sp.JP(K), FIHA,FAPSIC, FAsCC yang dikutip dari berbagai sumber, Selasa (9/9/2025).

Profil Singkat

Dr. dr. Faris Basalamah, Sp.JP(K), FIHA,FAPSIC, FAsCC adalah seorang dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dengan keahlian khusus di bidang intervensi kardiologi dan elektrofisiologi. 

Sejak November 2023, ia menjabat sebagai Hospital Director di Heartology Cardiovascular Hospital, Jakarta Selatan, sekaligus aktif sebagai dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Jakarta sejak tahun 2012.

Di Heartology Cardiovascular Hospital, Dokter Faris menangani berbagai prosedur elektrofisiologi, yakni pemeriksaan untuk mengevaluasi sistem konduksi listrik jantung.

Prosedur ini mencakup analisis aktivitas listrik dan jalur konduksi, serta tindakan ablasi bila ditemukan gangguan irama akibat kelainan jaringan. Teknik ini memungkinkan pengobatan aritmia secara efektif dengan pendekatan minimal invasif.

Selain di Heartology, perjalanan panjang karier Dokter Faris meliputi praktik di berbagai rumah sakit ternama. 

Ia diketahui berpraktik sebagai Interventional Cardiologist dan Electrophysiologist di RS Mitra Keluarga Group (2010–2024), termasuk memimpin Catheterization Laboratory RS Mitra Keluarga Bekasi Timur, serta di Klinik Utama Jantung Cinere (2007–2024). Ia juga pernah bertugas di RS Polri Said Sukanto, RSUD Brebes (sebagai dokter umum PTT), dan Brawijaya Hospital Saharjo.

Pendidikan dan Pelatihan

Perjalanan akademik Dokter Faris dimulai dari Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (1991–1997) di mana ia meraih gelar dokter medis (MD).

Ia kemudian menempuh program Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah (Sp.JP) di Universitas Indonesia (2002–2006), dilanjutkan dengan program subspesialis intervensi kardiologi di Pusat Jantung Nasional Harapan Kita (2008–2009).

Dikutip dari laman Heartology, untuk memperdalam keilmuan, ia melanjutkan studi hingga meraih gelar Doktor Filsafat (PhD) bidang Kedokteran dari Universitas Indonesia (2019–2023).

Selain itu, Dokter Faris juga mengikuti berbagai kursus dan pelatihan internasional, antara lain ACT Program, Asan Medical Center, Seoul, Korea; Course of Complex Intervention, Serdang Fellow; serta CRT and CRTD Course, Institute Jantung Negara (IJN), Malaysia.

Baca Juga: Profil Mesty Ariotedjo, Dokter Anak yang Juga Penggerak Edukasi Parenting di Era Digital

Dedikasi di Bidang Pendidikan dan Penelitian

Mengutip profil Linkedln pribadinya, sejak 2013, Dokter Faris aktif diketahui sebagai pengajar di Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta. DI sana ia diketahui kerap membagikan ilmu dan pengalamannya kepada calon-calon dokter muda.

Kiprahnya di dunia akademik juga tercermin dari kontribusinya dalam penelitian dan publikasi ilmiah. Menurut laman Heartology, tulisan-tulisannya telah terbit di berbagai jurnal internasional bergengsi, termasuk Journal of the American College of Cardiology, Journal of Arrhythmia, dan Jurnal Kardiologi Indonesia.

Publikasi tersebut tidak hanya menegaskan keahliannya, tetapi juga memperlihatkan komitmennya untuk menghadirkan inovasi berbasis penelitian di bidang kardiovaskular.

Keanggotaan Profesional

Dokter Faris juga aktif sebagai anggota di sejumlah organisasi medis nasional dan internasional, antara lain Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) Cabang Jakarta; Perhimpunan Intervensi Kardiologi Indonesia (PIKI), dan Perhimpunan Aritmia Indonesia (InaHRS).

Keikutsertaannya di berbagai organisasi ini menunjukkan komitmen dirinya untuk terus memperbarui pengetahuan, berbagi pengalaman, dan berkontribusi pada perkembangan kardiologi di Indonesia.

Edukasi soal GERD

Belum lama ini, Dokter Faris juga memaparkan soal penyakit gejala gangguan lambung atau GERD. Saat ditemui Olenka, Dokter Faris menyatakan bahwa keluhan tersebut bisa jadi merupakan tanda awal penyakit jantung koroner yang kerap disalahartikan dan berujung fatal.

Menurut Dokter Faris, penyakit jantung koroner terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan letak pembuluh darah yang tersumbat, koroner kanan, koroner kiri depan, dan koroner kiri belakang.

Dari ketiganya, koroner kanan memiliki peran penting karena menyuplai darah ke bagian bawah jantung yang posisinya berdekatan dengan lambung.

“Jantung bagian bawah itu berbatasan dengan lambung, sehingga sering kali gejalanya dianggap berasal dari lambung. Pasien pun berpikir ini GERD,” jelasnya.

Ia menegaskan, banyak pasien datang dengan keluhan nyeri ulu hati dan hanya mengobati lambung, padahal sumber masalah sebenarnya adalah jantung. Salah satu pembeda penting, kata Dokter Faris, adalah waktu munculnya gejala. Jika rasa tidak nyaman di ulu hati muncul ketika beraktivitas fisik, kemungkinan besar itu bukan GERD.

“GERD diobati lambung tidak sembuh-sembuh, ternyata penyakit jantung koroner. Sering kali pasien tiba-tiba meninggal mendadak, padahal sakitnya hanya mirip GERD,” tambahnya.

Karena itu, Dokter Faris pun mengimbau masyarakat untuk lebih peka terhadap sinyal tubuh dan tidak meremehkan nyeri ulu hati atau dada yang sering kambuh.

Menurutnya, jika keluhan muncul terutama saat beraktivitas, segera periksakan diri ke dokter, khususnya ke spesialis jantung. Diagnosis yang tepat dan penanganan cepat, tegasnya, dapat menyelamatkan nyawa.

Baca Juga: Dari Dokter Tirta untuk Orang Suka Begadang: Malam Hari Waktunya Tubuh untuk Recovery