Hubungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri masih menjadi tanya besar publik Tanah Air.
Sudah menjadi rahasia umum, hubungan baik antara Jokowi dan Megawati yang terjalin harmonis selama lebih dari satu dekade belakangan mulai berjarak sejak Pilpres 2024. Romantisme Jokowi dan PDI-Perjuangan juga ikut terkoyak karena perbedaan pandangan politik di hajatan Pilpres 2024.
Baca Juga: Jokowi Tidak Ajak Semua Menteri Upacara HUT RI ke-79 di IKN
Sebagaimana diketahui bersama, di Pilpres 2024, Jokowi memilih jalannya sendiri, ia keluar dari bayang-bayang PDI Perjuangan, dia tak lagi bersama partai moncong putih yang sudah mengasuhnya sejak menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Eks Wali Kota Solo itu memilih berada di Kubu Prabowo Subianto dan membiarkan putranya Gibran Rakabuming Raka melenggang bareng Prabowo di Pilpres 2024 yang hasilnya sudah sama-sama kita ketahui.
Mereka keluar sebagai pemenang dalam hajatan akbar tersebut dan mampu melibas Ganjar Pranowo-Mahfud MD yang diusung PDI Perjuangan, momen tersebut sekaligus menjadi puncak keretakan hubungan Jokowi-Megawati.
Pasca Pilpres 2024, Jokowi tampil biasa saja seolah tak ada apa-apa antaranya dirinya dengan PDI-Perjuangan meski banyak kalangan menganggapnya sebagai pengkhianat.
Jokowi bahkan mengundang Megawati sebagai salah satu tamu kehormatan pada upacara HUT RI 2024 yang digelar di Ibu Kota Nusantara (IKN) pada 17 Agustus mendatang. Soal undangan ini belum ada respons dari Megawati.
Baca Juga: Klaim Anies Dibantah Ahok
Di sisi lain, PDI Perjuangan justru menunjukan sikap sebaliknya, Banteng yang terluka memang jauh lebih ganas, Jokowi dibom bardir dari segala arah dengan berbagai kritikan pedas.
PDI Perjuangan yang selama ini kerap pasang badan untuk Jokowi kini tampil lebih garang, mereka menempatkan diri sebagai oposisi yang sangat kritis terhadap pemerintahan Jokowi. Berbagai kebijakan dipreteli satu-satu, kritik pedas yang dialamatkan buat Jokowi senantiasa dilayangkan setiap waktu.
Puncaknya Jokowi tak diundang pada gelaran Rakernas PDI Perjuangan yang dihelat pada Juni 2024 lalu. Perlu dicatat, status Jokowi dan keluarganya sebagai kader PDI Perjuangan sampai saat ini tidak jelas, tak ada yang mengetahui secara pasti, mereka masih menjadi bagian dari PDI Perjuangan atau justru telah didepak.
Hingga di penghujung masa jabatan Jokowi, hubungannya dengan Megawati dan PDI Perjuangan belum direkonsiliasi.
Banyak pihak berupaya mendamaikan ke dua belah pihak, salah satunya lewat usulan pembentukan president club di era pemerintahan Prabowo-Gibran.
Di mana tim itu di isi oleh presiden terdahulu yakni Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jokowi. Pembentukan tim sekaligus sebagai jalan untuk mendamaikan Megawati dan SBY yang juga kurang akur selama ini.
Tim ini nantinya bertugas memberi nasihat kepada presiden dan wakil presiden, namun sayang, wacana itu tenggelam seiring berkembangnya berbagai kondisi politik Tanah Air belakangan.
Tiga Periode Jadi Biang Kerok Keretakan
Meski masyarakat sudah mengendus keretakan hubungan tersebut, namun Megawati membantah, dia bilang tak ada masalah dengan Jokowi kendati keduanya berbeda pandangan politik, hubungan mereka baik-baik saja walau sudah tak bersama lagi.
Bagi Megawati, perbedaan pandangan politik tidak menjadi soal walau hal itu membuat mereka harus berbagi jalan, intinya hubungan baik secara personal harus dirawat baik-baik.
Tetapi Megawati kemudian secara tersirat menceritakan awal mula bergejolaknya hubungannya dengan Jokowi, perpisahan mereka tidak hanya sekedar dipicu perbedaan pandangan politik di Pilpres 2024, namun jauh sebelumnya keduanya memang sudah mulai berjarak. Itu sudah terjadi sejak awal 2013 ketika isu Jokowi tiga periode menggelinding.
Jokowi disebut punya hasrat besar berkuasa satu periode lagi, namun keinginannya itu ditentang keras Megawati lantaran berlawanan dengan konstitusi yang mewajibkan presiden hanya dua periode saja. Perlu diketahui Jokowi sudah berulang kali membantah isu ini.
"Saya sama presiden baik-baik saja. Memangnya kenapa? Hanya karena saya dikatakan, karena saya tidak mau ketika diminta tiga periode. Atau karena saya katanya tidak mau memperpanjang? Lho, saya tahu hukum kok," kata Megawati saat memberi sambutan di acara penyerahan duplikat bendera pusaka kepada seluruh gubernur se-Indonesia di Balai Samudra, Jakarta, Senin (5/8/2024).
Bagi Megawati reformasi yang sudah dibayar mahal harus tetap dijaga, membiarkan Jokowi melenggang tiga periode adalah kesalahan tak termaafkan, itu sama dengan membiarkan nilai-nilai luhur reformasi dikoyak syahwat kekuasaan. Keinginan Jokowi berkuasa satu periode lagi wajib dilawan.
"Ketika dari yang namanya presiden seumur hidup itu waktu reformasi kan diubah. Itu TAP MPR. Saya tanya kepada ahli tata negara, apakah MPR yang sekarang disamakan ini, TAP-nya itu masih berlaku? Yes. Ada yang mau menyanggah? Ahli hukum tata negara? Ya silakan," ucapnya.
Respons Istana
Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko turut merespons pernyataan Megawati, dia mengatakan hubungan Jokowi dengan PDI Perjuangan dan Megawati tak pernah berubah meski jalan politik mereka telah berbeda. Baginya Jokowi yang sekarang sama seperti yang dulu.
"Saya pikir dari pandangan saya, dari beliaunya (Jokowi) enggak ada yang berubah. Ya saya lihat dari beliau tidak ada yang berubah," ujar Moeldoko kepada wartawan di kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (6/8/2024).
Pasca Pilpres 2024, tidak sekalipun terdengar pertemuan antara Jokowi dan Megawati, bahkan pada momentum Idul Fitri 2024 Jokowi yang biasanya sowan ke rumah Megawati tak pernah tampak batang hidungnya, Jokowi justru terbang ke Medan menemui anak dan menantunya, Bobby Nasution dan Kahiyang Ayu.
Sama seperti masyarakat pada umumnya, Moeldoko notabene adalah orang istana juga tak tahu hal itu. Artinya kemungkinan besar Jokowi dan Megawati tak pernah lagi ngobrol empat di satu meja yang sama pasca Pilpres 2024.
"Saya tidak tahu (kalau mereka bertemu). Saya juga belum tahu (rencana pertemuan)," tegasnya.