Soemitro Center Bangun Generasi Pemikir yang Melek Nilai dan Inovasi

Peluncuran Soemitro Center bukan sekadar perayaan intelektual, melainkan juga penanda arah baru bangsa dalam menjawab tantangan zaman: bagaimana menciptakan generasi muda yang tidak hanya cerdas secara ekonomi, tetapi juga bijak dalam memanfaatkan teknologi.

Dalam momen bersejarah ini, Stephen Ng, CEO WIR Group, menyampaikan kebanggaannya bisa bermitra dengan Soemitro Center di bidang teknologi edukatif. Ia menekankan pentingnya pendidikan ekonomi sejak usia dini menggunakan pendekatan yang sesuai dengan zaman.

“Kami berusaha semaksimal mungkin membangun konten-konten imersif untuk mengedukasi anak-anak muda usia sekolah. Karena untuk menjadi ekonom, harus diinspirasi sejak kecil,” ujar Stephen.

“Salah satu inisiatif kami adalah meluncurkan Sekolah VR Keliling. Mengapa media imersif? Karena pemahaman terhadap sebuah topik bisa lebih cepat dipahami melalui pembelajaran di dunia virtual. Dan generasi muda Indonesia harus selalu diajak merangkul teknologi, karena tantangan ke depan adalah teknologi itu sendiri,” tambahnya.

Tak hanya dari sisi teknologi, etika dan nilai juga menjadi perhatian serius. Dr. Ir. Kun Wardana Abyoto, ahli fisika kuantum dan calon Wakil Gubernur DKI Jakarta, menyuarakan pentingnya membentuk karakter dalam menghadapi era AI.

“AI itu seperti pisau bermata dua. Ada yang melihatnya sebagai peluang untuk menjadikan Indonesia mercusuar dunia, tapi juga ada yang melihatnya sebagai ancaman,” kata Kun.

“Karena itu, kita harus memperkuat akhlak dan adab sejak kecil. Saya menyebutnya AI Pancasila atau AI Nusantara, yakni AI yang mengandung nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan ketuhanan. Orientasi kita bukan sekadar profit, tapi pada persatuan dan kesejahteraan rakyat,” jelasnya.

Kun menekankan bahwa AI tidak boleh menjadi alat yang menggantikan manusia, melainkan memperkaya kualitas manusia Indonesia.

“Menggunakan AI dengan bijak adalah kuncinya. Dengan adanya Soemitro Center, kita punya peluang menciptakan generasi muda pemikir yang melek teknologi. Karena ekonomi tanpa teknologi tidak akan berkelanjutan,” tegasnya.

Dari sisi pelaku usaha, Aldila Septiadi, pendiri WorldWhite dan Fellow Soemitro Center, berbagi pandangannya tentang kekuatan ekonomi rakyat. Ia menyoroti potensi besar yang selama ini tumbuh di tengah masyarakat.

“Ekonomi kerakyatan itu nyata dan sangat powerful. Di Bandung misalnya, kita bisa lihat langsung bagaimana ekonomi rakyat itu hidup. Akses terhadap modal pun bisa menjangkau ke level terkecil,” katanya.

“Mimpi saya, dalam 20 tahun ke depan, brand-brand Indonesia mampu menguasai pasar dunia. Kita harus menjadi negara dengan GDP top 5 bukan hanya karena konsumsi, tapi juga karena ekspansi brand nasional,” harap Aldila.

Di sela peluncuran ini, sebuah inisiatif mengejutkan juga diumumkan: Deklarasi Black Garuda, sebuah unit sipil strategis di bawah naungan Soemitro Center.

Leonardo A. Putong, General Convener acara, menjelaskan filosofi dan tugas dari Black Garuda.

“Black Garuda adalah tangan kiri Soemitro Center. Mereka bukan sekadar penjaga, tapi pendidik sunyi, ekonom pejuang, dan prajurit moral Republik,” ujar Leonardo.

“Mereka dilatih dalam sejarah dan strategi perang, handgun combat, meditasi kendali batin, hingga taktik AI. Tugas mereka: menjaga warisan intelektual dan patriotik Indonesia dari ancaman ideologis dan kegelapan nilai,” imbuhnya.

Kemudian, Leonardo pun mengakhiri dengan pernyataan penuh makna.

“Soemitro adalah suara yang terus bergema di tengah keheningan moral bangsa. Ia tidak pernah berhenti hidup,” tandasnya.

Baca Juga: Aksi Bill Gates di Asia Tenggara: Temui Prabowo di Istana Merdeka, Bangun Yayasan di Singapura