Calon Presiden nomor urut 1 Anies Baswedan berada diambang kekalahan Pilpres 2024. Eks Menteri Pendidikan itu bersama partnernya Muhaimin Iskandar tidak dalam posisi menguntungkan versi hitung cepat.
Perolehan Suara keduanya terpaut cukup jauh dari pasangan Calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Dari hasil hitung cepat Komisi Pemilihan Umum (KPU), Anies-Muhaimin hanya mentok di 24,35 persen dari 66,61 persen suara yang masuk (Data terakhir dilihat 20 Februari 2024).
Sementara itu Ganjar-Mahfud terkunci di urutan ketiga dengan perolehan suara hanya 17,34 persen saja.
Di sisi lain Prabowo-Gibran perkasa di angka 58,31 persen. Dengan hasil tersebut, peluang Prabowo-Gibran menutup Pilpres 2024 dalam sekali putaran terbuka lebar.
Peluang Prabowo Gibran menang satu putaran juga sudah dikonfirmasi sejumlah lembaga yang turut menggelar hitung cepat macam Lembaga Survei Indonesia Denny JA yang sudah mengucapkan selamat kepada paslon nomor 2 itu.
Jika rakyat tak berkehendak Anies memimpin Indonesia sebagai presiden, setidaknya karirnya di dunia politik tak gugur begitu saja. Minimal Anies bisa maju kembali pada Pilkada DKI Jakarta 2024.
Kendati di kancah nasional dirinya tak bisa menyaingi kepopuleran Prabowo, namun kans maju Pilkada DKI masih terbuka lebar.
Anies punya modal besar, selain sudah berpengalaman satu periode di Ibu Kota, pendukungnya di Jakarta juga masih banyak. Tengok saja perolehan suaranya di Pilpres kali ini di DKI, hasilnya masih positif yakini 40,7 persen, kalah tipis dari Prabowo-Gibran yang meraih 41,47 persen suara.
Dengan perolehan suara tersebut, peluang Anies kembali dipinang partai politik untuk mengarungi pertempuran Pilgub DKI bukan keniscayaan. Dia hanya butuh sedikit kerja keras lagi untuk meraup simpati masyarakat sebagai bekal dalam perhelatan kali ini.
Anies Sukar Menang
Kendati peluang dipinang partai politik kembali ke gelanggang Pilgub DKI masih terbuka lebar, namun ini bukan sebuah petarung mudah bagi Anies Baswedan.
Peluang kemenangannya menyempit seiring berubahnya siklus politik DKI Jakarta belakangan ini. Kondisi pertarungan Pilkada DKI 2024 bakal berbeda jauh dengan Pilkada 2017 silam.
Baca Juga: Ajak Warga Coblos Nomor 1, Anies Baswedan: Kami Membutuhkan Kewenangan untuk Perubahan
Baca Juga: Bertepuk Sebelah Tangan, Wacana Rekonsiliasi Prabowo Dijawab Penolakan PDI Perjuangan
Anies tak bisa dengan mudah membalikan keadaan sebagaimana saat dirinya menekuk Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat pada Pilkada lalu.
"Agak berat jika Anies menang di Jakarta. Situasinya sudah berbeda dengan di Pilkada 2017 yang lalu," kata Akademisi dari Universitas Al- Azhar Ujang Komarudin ketika berbincang dengan Olenka.id Senin (19/2/2024).
Menurut Ujang, kesialan yang menimpa Anies Baswedan di Pilpres kali ini bakal berlanjut ke Pilkada DKI jika dia memaksakan diri untuk tetap bertarung.
Pendukung dan simpatisannya sudah lagi tak sebanyak dan seloyal dulu. Mereka sudah bercerai berai menapaki pilihan politik masing-masing.
"Anies kalah di Pilpres, di Jakarta pun kalah oleh Prabowo Subianto- Gibran. Jadi seandainya maju lagi kemungkinan juga akan kalah," kata Ujang.
Selain karena siklus politik yang tak menetap faktor lain yang menggiring Anies ke jurang kekalahan adalah ketidakberdayaan.
Harus diakui, selepas Pilpres Anies adalah "pengangguran politik" dia tak punya jabatan juga tak tak punya partai politik. Di tangannya nyaris tak ada kekuatan politik yang memungkinkan dirinya memenangi Pilgub DKI.
Kondisi Anies semakin terjepit, sebab lawan,lawan politiknya juga mustahil membiarkannya leluasa melenggang mendekap kurisi DKI Jakarta. Bakal ada banyak upaya yang dilakukan untuk merintangi jalannya hingga ia terjungkal.
"Pertama, (Anies) tak punya jabatan saat ini. Kedua, lawan-lawan politik Anies juga tak akan membiarkan dia jadi gubernur DKI Jakarta lagi," tukas Ujang.