Di beberapa daerah di Indonesia, terutama Jakarta, terdapat permasalahan polusi air dan kelangkaan air bersih. Dikelilingi oleh 13 sungai yang mengalami penyumbatan limbah dan sedimentasi berat, Jakarta menjadi lebih rentan terhadap risiko banjir dan puing sampah yang menumpuk. Bahkan, sebagian besar sungai di Jakarta disebut telah tercemar bakteri e-coli sebagai dampak dari pengelolaan limbah kota yang buruk.

Data Monash University Indonesia menyebutkan, wilayah dengan pencemaran bakteri e-coli tertinggi di Jakarta meliputi Pasar Minggu, Matraman, dan Palmerah yang dipicu oleh terlalu dekatnya penempatan tangki septik dengan sumber air tanah. Terlepas dari kondisi tersebut, masih banyak warga setempat menggunakan air yang sudah terkontaminasi ini untuk keperluan mandi hingga mencuci baju.

Baca Juga: Hasil Penelitian: Ini 10 Tren Kecerdasan Buatan yang Bakal Populer pada Tahun 2030

Upaya Jakarta Perbaiki Kualitas Air

"Penduduk Jakarta mengandalkan air tanah dan air permukaan untuk kehidupan sehari-hari. Akibatnya, kota ini mengalami kondisi penurunan muka tanah karena penggunaan air tanah yang berlebihan," seperti dikutip dari rilis Monash University Indonesia, Sabtu (22/6/2024).

Pemerintah setempat pun telah melakukan sejumlah upaya untuk mengatasi kondisi ini, meliputi:

  • Membatasi penggunaan air tanah;
  • Membangun sumur resapan untuk menyerap air hujan;
  • Memperluas jaringan pipa air daur ulang dan memperbaiki sistem pembuangan limbah kota.

Namun, seiring pesatnya urbanisasi di Jakarta, upaya-upaya tersebut ternyata tidak cukup efektif untuk mengatasi masalah kelangkaan air. Permasalahan kualitas air hanya akan dapat diatasi dengan baik jika lembaga pemerintah, masyarakat lokal, dan pihak-pihak dari industri swasta berkolaborasi membantu menyelesaikan masalah ini secara komprehensif.

Kabar baiknya, perkembangan teknologi telah menawarkan sejumlah cara yang menjanjikan untuk meningkatkan sanitasi air, seperti melalui analisis geospasial, pemanfaatan kecerdasan buatan (AI), penginderaan jarak jauh, dan Internet-of-Things (IoT) yang merupakan jaringan perangkat yang saling terhubung oleh internet. Langkah-langkah tersebut terbukti efektif diaplikasikan di salah satu danau paling tercemar di India, Danau Sembakkam di tengah Kota Chennai.

Di danau tersebut, AI dan IoT digunakan untuk mengukur dan memantau kualitas air di danau, yakni dengan menggunakan platform berbasis komputasi awan (cloud) dan memasang sensor untuk melacak kualitas perairan danau tersebut. Jika kualitas air mengalami penurunan yang mengkhawatirkan, akan muncul sebuah peringatan.

"Teknologi ini telah memberikan banyak informasi real-time kepada masyarakat untuk memutuskan bagaimana mereka menggunakan dan melestarikan air di sekitar mereka. Data dari pemantauan tersebut, bersama dengan citra satelit, juga membantu para pembuat kebijakan dan perencana untuk lebih memahami kualitas air dan tepat sasaran dalam mengimplementasikannya, termasuk pengambilan keputusan mengenai pemanfaatan teknologi pemurnian air," pungkas Monash University Indonesia.