Kebakaran masih menjadi momok bagi warga Indonesia. Penyebab terbesarnya adalah adanya korsleting listrik yang diakibatkan oleh kabel usang, instalasi yang salah, atau perangkat listrik yang tidak terawat. Oleh karena itu, pemasangan listrik yang aman, sesuai SNI (Standar Nasional Indonesia), wajib diperhatikan.

Di Jakarta, korsleting listrik menjadi penyebab utama kebakaran dalam dua tahun terakhir. Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kebencanaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi DKI Jakarta mencatat, kebakaran akibat korsleting listrik terjadi sebanyak 607 kali dari 864 kejadian pada tahun 2023 dan 541 kali dari 789 kejadian kebakaran pada 2024.

Baca Juga: Schneider Electric Perkenalkan MCSeT Terbaru untuk Efisiensi Energi

Melihat data tersebut, Kepala Disaster Risk Reduction Center (DRRC) Universitas Indonesia, Prof. Fatma Lestari, menekankan pentingnya peningkatan pemahaman bagi masyarakat terkait electrical safety atau keselamatan listrik untuk melakukan pencegahan. "Kondisi sosial ekonomi, yaitu perumahan padat penduduk, dan instalasi listrik yang tidak standar (menjadi lokasi awal api)," katanya, mengutip Antara, Jumat (6/6/2025).

Peran GPAS

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan, Jisman Hutajulu, dalam sebuah kesempatan menyampaikan bahwa instalasi listrik disarankan menggunakan pengamanan ekstra untuk mengatasi kebakaran akibat listrik. Salah satu pengamanan instalasi tenaga listrik yang dapat digunakan adalah Gawai Proteksi Arus Sisa (GPAS). Alat tersebut dapat memberikan perlindungan terhadap bahaya arus sisa.

"Di PUIL (Pedoman Umum Instalasi Listrik-red), kami sudah atur penggunaan alat pengaman listrik, yakni alat GPAS yang fungsinya memang sangat baik," jelas Jisman, sebagaimana keterangan dalam laman resmi Kementerian ESDM.

Lebih lanjut dijelaskan, GPAS dimaksudkan untuk menambah tindakan proteksi lain terhadap kejut listrik dalam pelayanan normal atau gangguan. Alat ini juga dikenal sebagai RCD (Residual current device) atau RCPD (Residual current protective device), atau GFCI (Ground fault circuit interrupter-digunakan di USA), dalam standar IEC dikenal juga sebagai Residual Current Operated Circuit Breaker. Selain itu, GPAS di pasaran dikenal juga sebagai ELCB (Earth-leakage circuit-breaker) atau Residual Current Circuit Breaker (RCCB).

Peran Aktif Schneider Electric

Sebagai bagian mendukung keamanan listrik di Indonesia, Schneider Electric™ menginisiasi kampanye nasional bertajuk Gerakan Listrik Aman. Kampanye ini berfokus pada edukasi dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya perlindungan kelistrikan sejak dari instalasi. Salah satu agenda yang dijalankan Schneider Electric ialah pelatihan instalasi listrik hunian secara serentak di 10 kota besar/provinsi: Jakarta, Bandung, Surabaya, DI Yogyakarta, Medan, Semarang, Makassar, Bali, Pekanbaru, dan Kalimantan Timur secara daring dan luring.

Pelatihan yang diikuti oleh lebih dari 7.800 peserta dari 15 asosiasi dan komunitas instalatur listrik tersebut mampu mencetak rekor MURI dengan predikat "Pelatihan Instalatur Listrik Dengan Peserta Terbanyak". Menurut Andre Purwandono, S.S. selaku Senior Customer Relations Manager MURI, pemecahan rekor tersebut bukan sekadar pencapaian kuantitatif, melainkan simbol kolaborasi lintas sektor dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui edukasi teknis dan pemanfaatan teknologi proteksi listrik.

"Ini adalah upaya kolektif tentang pentingnya keselamatan sebagai pilar pembangunan. Rekor yang diraih oleh Schneider Electric Indonesia ini juga merupakan yang pertama kali tercatat dalam sejarah MURI untuk kategori pelatihan instalatur listrik dengan peserta terbanyak secara serentak di berbagai kota," ujar Andre, dikutip Jumat (6/6/2025).

Sementara itu, Martin Setiawan, President Director Indonesia & Timor Leste, Schneider Electric, mengatakan bahwa pelatihan ribuan instalatur listrik yang berhasil memecahkan rekor MURI tersebut dilakukan untuk mencegah sengatan listrik dan kebakaran. Dengan begitu, hal itu dapat mengurangi angka kebakaran dan meminimalisasi kerugian yang diakibatkan.

"Keselamatan kelistrikan dimulai dari instalasi yang benar dan sesuai standar. GPAS bukan hanya soal kepatuhan regulasi, tetapi menyangkut perlindungan nyawa dan aset masyarakat. Karena itu, membekali para instalatur dengan pengetahuan teknis yang tepat menjadi prioritas kami agar mereka bisa menjadi agen perubahan dalam menciptakan sistem kelistrikan hunian yang aman dan andal," jelasnya, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta.

Martin menegaskan, GPAS atau RCCB Domae dari Schneider Electric hadir sebagai solusi proteksi kelistrikan yang ideal untuk sektor hunian seperti rumah dan apartemen. Domae tersedia dalam dua varian sensitivitas, yaitu 30 mA untuk membantu melindungi manusia dari risiko sengatan listrik, serta 300 mA yang dirancang untuk membantu mencegah potensi bahaya kebakaran akibat arus sisa.

"Kami memastikan bahwa produk-produk proteksi kelistrikan yang kami tawarkan telah memenuhi standar keamanan dan memiliki kualitas tinggi guna mendukung terciptanya Rumah Nyaman, Listrik Aman," pungkas Martin.