Secara global, 80% perusahaan mengakui bahwa teknologi yang tidak memadai atau usang menghambat kemajuan perusahaan dan upaya inovasi. Bahkan, 93% dari para eksekutif tingkat C-suite di wilayah Asia Pasifik (APAC) meyakini bahwa infrastruktur warisan secara signifikan menghambat kegesitan bisnis mereka.
Temuan ini berdasarkan Lifecycle Management Report yang dirilis NTT DATA. Laporan tersebut memanfaatkan kajian berbasis data selama 25 tahun dari NTT DATA untuk menggali tantangan dan peluang perusahaan saat mereka menavigasi infrastructure lifecycle management. Penelitian dilakukan selama tahun 2022 dan 2023, mengumpulkan data dari lebih dari 248 juta aset aktif di 130 negara dan didukung dengan tanggapan dari hampir 1.400 pengambil keputusan teknologi senior, termasuk hingga 379 dari wilayah APAC.
"Infrastructure lifecycles adalah bagian penting dari proses manajemen TI. Hal ini mewakili peluang dan tantangan bagi kepemimpinan karena lifecycle yang efektif dapat menghasilkan manfaat bisnis yang besar–mulai dari peningkatan efisiensi hingga mendorong inovasi yang lebih besar,' terang Gary Middleton, Vice President of Networking GTM at NTT DATA, Inc., dikutip Jumat (14/6/2024).
Dia melenjutkan, "Namun, lifecycle management yang tidak efisien juga dapat menjadi penghambat operasional, serta menimbulkan banyak risiko terhadap keamanan dan kelangsungan usaha. Melalui Lifecycle Management Report, tujuan kami adalah membantu perusahaan meningkatkan proses infrastructure lifecycle mereka dan mendapatkan manfaat besar dari hal tersebut."
Lifecycle management merupakan faktor penting dalam kesuksesan bisnis. Sayangnya, modernisasi yang cepat, serta penyebaran model konsumsi teknologi yang diiringi dengan ekosistem pemasok yang makin rumit dan terfragmentasi, membuat banyak organisasi sulit memelihara infrastruktur teknologi mereka secara memadai agar dapat mendorong bisnis lebih gesit dan inovatif.
Masalah makin bertambah, laporan menemukan bahwa lebih dari dua pertiga (69%) dari perangkat keras yang saat ini aktif di wilayah APAC (dengan tanggal dukungan terakhir yang dijadwalkan) tidak akan lagi didukung pada tahun 2027. Menurut laporan tersebut, hanya 59% korporasi di APAC yang mampu sepenuhnya menyelaraskan pendekatan teknologi mereka dengan kebutuhan strategi bisnis. Sementara itu, 71% aset jaringan perusahaan di APAC sebagian besar sudah tua atau usang.
Sayangnya, lifecycle management juga dapat berdampak langsung pada operasional. Pola lifecycle yang tidak selaras dapat mengakibatkan tingkat cakupan yang tidak memadai, pembaruan yang memakan banyak tenaga kerja, perpanjangan waktu penyelesaian insiden, pelanggaran keamanan, dan bahkan pelanggaran lisensi serta masalah kepatuhan yang mahal.
Lifecycle Management Report menawarkan perspektif yang tepat waktu dan dapat ditindaklanjuti untuk membantu para pemimpin TI mengurangi risiko ini, sambil memaksimalkan nilai perangkat keras dan perangkat lunak yang menjalankannya, termasuk:
- Saran untuk mengembangkan pandangan holistik tentang aset teknologi yang memungkinkan rasionalisasi siklus hidup yang mungkin tidak selaras;
- Dukungan untuk standarisasi praktik pengadaan dan penyederhanaan lingkungan multi-vendor suatu perusahaan seiring dengan makin terfragmentasinya ekosistem;
- Panduan untuk mengoptimalkan biaya sekaligus meningkatkan penyediaan layanan, baik secara internal maupun untuk pemangku kepentingan eksternal dan pelanggan;
- Pemahaman yang lebih baik tentang manfaat keberlanjutan yang dapat dihasilkan oleh prosedur lifecycle management yang lebih baik.