Aroma teh hijau yang earthy dan umami memenuhi udara di area Flavor Bliss, Alam Sutera. Di tengah hiruk pikuk The Teasperience 2025, sebuah booth berwarna hijau segar mencuri perhatian banyak pengunjung. Di balik booth itu, berdiri dua mahasiswa muda dari BINUS Business School, Shane Axel (Business Creation) dan Dillen Christopher (Management), yang memperkenalkan karya mereka: MACH, brand minuman matcha premium asal Jepang yang mereka kembangkan sendiri.
MACH bukan sekadar minuman kekinian. Di balik racikan teh hijau ini, tersimpan semangat kewirausahaan, keberanian bereksperimen, dan kecintaan terhadap kualitas. Axel dan Dillen memulai semuanya dari ruang kelas dari diskusi teori bisnis, mereka nekat mewujudkannya ke lapangan.
“Belajar teori di kelas itu penting, tapi turun langsung di lapangan bikin kita tahu realitanya. Gimana sih rasanya ngatur operasional, bikin menu, sampai menghadapi customer langsung,” ujar Dillen.
Mereka lalu membawa ide tersebut ke dosen untuk diuji, sebelum akhirnya tampil di berbagai event kuliner untuk memperkenalkan MACH kepada publik.
Berangkat dari ide sederhana—membawa matcha berkualitas Jepang dengan sentuhan modern—MACH lahir dengan diferensiasi kuat.
“Produk kita fokusnya di matcha. Tapi nggak cuma latte biasa, kita bikin kreasi lain juga biar orang nggak bosan,” kata Axel.
Hasilnya, setiap menu menghadirkan karakter berbeda, mulai dari ceremonial matcha untuk pecinta rasa autentik, matcha latte klasik yang bisa disajikan dengan susu sapi atau oat milk, hingga kreasi khas seperti Matcha Odie dengan sensasi cold twist, Seafoam Matcha dengan topping sea salt foam yang gurih, dan Matcha Strawberry dengan sentuhan manis segar buah stroberi.
Tak hanya soal rasa, Axel dan Dillen juga menaruh perhatian besar pada visual. Booth mereka tampil estetik, rapi, dan “Instagrammable”—strategi yang efektif menarik pengunjung di tengah maraknya tren media sosial. Namun, di balik kemasan menarik itu, kualitas tetap menjadi hal utama.
“Kita bukan pakai bubuk lokal, tapi langsung impor dari Jepang. Tepatnya dari Kagoshima,” jelas Axel.
Penggunaan bubuk matcha premium dari salah satu daerah penghasil teh terbaik di Jepang inilah yang menjadi pembeda utama MACH di pasar lokal.
Perjalanan mereka pun terus menanjak. Setelah sukses di berbagai event dan pameran, MACH kini telah memiliki gerai tetap di Orange Groves, Pantai Indah Kapuk (PIK) 2, Jakarta Utara. lebih cepat dari jadwal yang direncanakan.
“Awalnya kita mau buka di akhir tahun atau tahun depan. Tapi kebetulan ada tawaran, jadi kita bisa lebih cepat buka,” kata Axel.
Kehadiran gerai ini menjadi tonggak penting bagi dua mahasiswa tersebut dalam membangun brand yang lebih profesional dan berkelanjutan.
Selain membuka gerai, MACH juga aktif berkolaborasi dengan berbagai pihak. Mereka pernah bekerja sama dengan Padelwings BSD untuk memberikan hadiah minuman bagi peserta lomba padel, serta turut hadir di Sunday Space Market menggelar workshop penyeduhan matcha bersama influencer Alea Malika.
Dari berbagai kegiatan ini, keduanya belajar banyak hal—mulai dari manajemen operasional, pengelolaan tim, hingga menerima masukan langsung dari pelanggan.
Bagi Axel dan Dillen, MACH bukan sekadar bisnis minuman. Ini adalah laboratorium nyata untuk mengasah jiwa wirausaha dan membangun brand yang membawa semangat kualitas, keaslian, dan keberanian berkarya. Dari Kagoshima hingga Jakarta, mereka menghadirkan secangkir matcha yang bukan hanya nikmat di lidah, tapi juga menjadi simbol dedikasi generasi muda terhadap cita rasa dan inovasi lokal.