Langkah ke Depan, Melampaui Gagal Panen

Monash University, Indonesia menerangkan, perempuan kini telah berada di barisan terdepan dalam upaya transisi iklim yang adil, mengingat kuatnya keterlibatan mereka dalam advokasi, gerakan sosial, pertanian, dan pembangunan ekonomi ramah lingkungan.

"Ironisnya, kegagalan untuk sepenuhnya mengakui kepemimpinan perempuan, termasuk pada KTT COP28, dan peran integral mereka dalam sektor agri-food, menyebabkan perempuan sering menghadapi tantangan sistemik yang menghambat partisipasi penuh mereka dalam membentuk transisi iklim yang berkelanjutan, inklusif, dan berkeadilan gender," seperti dikutip dari keterangan tertulis.

Baca Juga: Peluncuran Program Perempuan Inovasi 2024: Perluas Cakupan Program, Tingkatkan Inklusivitas ke Peserta Didik Vokasi

Untuk membangun komitmen Transisi Berbasis Responsif Gender dan Kemitraan Aksi Iklim, menurut Monash University, Indonesia, sangat penting untuk memprioritaskan dan mengakui peran penting perempuan di sektor pertanian.

Inisiatif yang dipimpin perempuan seperti Pertanian Tahan Iklim yang Dipimpin Perempuan (WCRF) menjanjikan reposisi dan promosi perempuan sebagai petani, pemimpin dan agen perubahan untuk memberdayakan kesehatan dan kesejahteraan, ketahanan pangan, mata pencaharian, dan sumber daya alam di kalangan komunitas pertanian.

Ada pula kebutuhan mendesak terkait kebijakan dan program yang responsif gender, berkeadilan gender, dan transformatif. Upaya tersebut dapat mencakup produk asuransi berbasis kebutuhan yang dirancang untuk memitigasi dampak kesehatan terkait perubahan iklim, serta program bantuan berbasis uang tunai yang mengintegrasikan layanan kesehatan.