Gusti Pangeran Haryo (GPH) Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo dinobatkan menjadi Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara X, menggantikan ayahandanya, pada 12 Maret 2022 lalu. Pria kelahiran 29 Maret 1997 ini meneruskan kepemimpinan ayahnya, Mangkunegara IX, yang telah berpulang pada tahun 2021.

Saat penobatan tersebut, lulusan Universitas Indonesia dengan gelar sarjana hukum (S.H.) ini baru berusia 24 tahun. Mengenai hal tersebut, Gusti Bhre membagikan pengalamannya diangkat menjadi pemimpin di usia muda.

Baca Juga: 7 Skill Wajib yang Dibutuhkan Setiap Pemimpin di Tahun 2025

"Perasaannya waktu itu sebetulnya campur-aduk. Ada sedikit deg-degan karena waktu itu saya masih 24 tahun. Sesuatu yang besar, tanggung jawab yang luar biasa, tapi dengan segala pengalaman, dengan segala keyakinan, saya jalankan karena saya percaya satu hal: bahwa hari ini, sebagai suatu kerajaan, Mangkunegaran harus terus hidup," ujarnya dalam sebuah kesempatan, dikutip Minggu (12/1/2025).

Gusti Bhre sedikit menjelaskan, Mangkunegaran merupakan salah satu kerajaan Jawa yang berdomisili di Kota Solo. Di tahun 2024, kerajaan ini berusia 267 tahun karena sudah berdiri sejak 17 Maret 1757. "Jadi, usianya sudah cukup panjang. Namun, hari ini kami tetap hidup dan berkembang, sebagaimana anak muda pada umumnya," kata putra bungsu dari KGPAA Mangkunegara IX ini.

Meski besar di Jakarta, Mangkunegara X mengaku telah dididik mengenai tanggung jawabnya sejak kecil secara bertahap. Sebelum resmi menjabat, Mangkunegara X sudah beberapa kali diikutkan dalam acara kerajaan.

"Kadang-kadang dalam hidup itu memang ada hal-hal yang terjadi tanpa kendali kita. Namun, saya sangat beruntung karena saya bertumbuh dari kecil hingga sekarang dengan dibimbing sosok-sosok, orang tua terutama ayah saya yang selalu mendampingi saya. Semua berjenjang, semua berproses, pelan-pelan, tapi pasti," jelasnya.

Sejak kecil, kenangnya, dirinya sangat lekat dengan Mangkunegaran. Setiap waktu libur, dia akan mengunjungi Mangkunegaran. Dari yang awalnya hanya melihat-lihat, sedikit demi sedikit, Mangkunegara X diberikan tanggung jawab sebagai langkah awal dirinya belajar mengenai tanggung jawab yang akan diembannya.

"Saya dulu masih kecil datang ke acara adat hanya sebagai penonton, belum mengerti. Namun, seiring berjalannya waktu, saya dididik pelan-pelan oleh bapak. Saat SMP, tanggung jawab saya ditambah, mulai bawa pusoko. Saat SMA, saya jadi pemimpin upacara," jelasnya.

Oleh karena itu, Mangkunegara X menegaskan bahwa tidak ada proses yang instan dalam perjalanan hidupnya. Segala sesuatu harus dipersiapkan sejak awal, apalagi menjadi seorang pemimpin.

"Romo memberikan kepercayaan dengan memberikan gelar yang di-upgrade. Saya dulu menduduki kursi Raden Mas, lalu kursi Pangeran Haryo. Tidak ada yang instan, semua itu berproses," pungkasnya.